Sabtu, 27 Agustus 2022
“Sesudah itu Yoyada dan anak-anaknya membawa anak raja itu ke luar, mengenakan jejamang kepadanya dan memberikan hukum Allah kepadanya. Mereka menobatkan dia menjadi raja serta mengurapinya, lalu berserulah rakyat: ‘Hiduplah raja!’” (2 Tawarikh 23:11)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 23 | Bacaan setahun: 2 Tawarikh 22-23
2 Tawarikh 22
Raja Ahazia
1 Lalu penduduk Yerusalem mengangkat Ahazia, anaknya yang bungsu, menjadi raja menggantikan dia, karena semua anaknya yang lebih tua umurnya telah dibunuh oleh gerombolan yang datang ke tempat perkemahan bersama-sama orang-orang Arab. Dengan demikian Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja.
2 Ahazia berumur empat puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri.
3 Iapun hidup menurut kelakuan keluarga Ahab, karena ibunya menasihatinya untuk melakukan yang jahat.
4 Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN sama seperti keluarga Ahab, sebab sesudah ayahnya mati mereka menjadi penasihat-penasihatnya yang mencelakakannya.
5 Atas nasihat mereka pula ia pergi bersama-sama Yoram bin Ahab, raja Israel, untuk berperang melawan Hazael, raja Aram, di Ramot-Gilead. Tetapi orang-orang Aram melukai Yoram.
6 Kemudian pulanglah ia ke Yizreel untuk diobati oleh karena luka-luka yang didapatnya di Rama pada waktu ia berperang melawan Hazael, raja Aram. Dan Ahazia, anak Yoram raja Yehuda, pergi menjenguk Yoram bin Ahab di Yizreel, karena dia sakit.
Ahazia dibunuh Yehu
7 Telah ditentukan Allah, bahwa Ahazia akan menemui ajalnya pada waktu ia mengunjungi Yoram; maka ketika Ahazia datang, pergilah ia bersama-sama Yoram mendapatkan Yehu, cucu Nimsi, yang telah diurapi TUHAN, supaya dialah yang melenyapkan keluarga Ahab.
8 Sementara Yehu melakukan penghukuman atas keluarga Ahab, ia menjumpai pembesar-pembesar Yehuda dan anak-anak saudara-saudara Ahazia, yang melayani Ahazia. Juga mereka dibunuhnya.
9 Lalu ia mencari Ahazia; Ahazia tertangkap ketika ia bersembunyi di Samaria. Ia dibawa kepada Yehu, lalu dibunuh, tetapi dikuburkan juga, karena kata orang: “Dia ini cucu Yosafat, yang mencari TUHAN dengan segenap hatinya.” Dari keluarga Ahazia tidak ada lagi yang sanggup memerintah.
Atalya dibunuh dan Yoas menjadi raja
10 Ketika Atalya, ibu Ahazia, melihat bahwa anaknya sudah mati, maka bangkitlah ia membinasakan semua keturunan raja dari kaum Yehuda.
11 Tetapi Yosabat, anak perempuan raja, mengambil Yoas bin Ahazia, menculik dia dari tengah-tengah anak-anak raja yang hendak dibunuh itu, memasukkan dia dengan inang penyusunya ke dalam gudang tempat tidur. Demikianlah Yosabat, anak perempuan raja Yoram, isteri imam Yoyada, –ia adalah saudara perempuan Ahazia–menyembunyikan dia terhadap Atalya, sehingga ia tidak dibunuh Atalya.
12 Maka tinggallah Yoas enam tahun lamanya bersama-sama mereka dengan bersembunyi di rumah Allah, sementara Atalya memerintah negeri.
2 Tawarikh 23
1 Tetapi dalam tahun ketujuh Yoyada memberanikan diri dan ia mengadakan persepakatan dengan para kepala pasukan seratus, yakni: Azarya bin Yeroham, Ismael bin Yohanan, Azarya bin Obed. Maaseya bin Adaya, dan Elisafat bin Zikhri.
2 Mereka mengelilingi Yehuda dan mengumpulkan orang-orang Lewi dari semua kota di Yehuda serta kepala-kepala puak orang Israel, dan mereka semua datang ke Yerusalem.
3 Lalu seluruh jemaah itu mengikat perjanjian dengan raja di rumah Allah. Kata Yoyada kepada mereka: “Lihatlah, anak raja! Biarlah ia memerintah, seperti yang telah difirmankan TUHAN tentang anak-anak Daud!
4 Inilah yang harus kamu lakukan: sepertiga dari kamu, yakni yang selesai bertugas pada hari Sabat, baik imam maupun orang Lewi, haruslah menjadi penunggu pintu,
5 sepertiga lagi haruslah berada di istana raja, dan sepertiga pula di pintu gerbang Dasar, sedang seluruh rakyat haruslah berada di pelataran rumah TUHAN.
6 Siapapun tidak boleh memasuki rumah TUHAN selain dari pada para imam dan orang-orang Lewi yang bertugas. Mereka boleh masuk, karena mereka kudus, tetapi seluruh rakyat haruslah mentaati peraturan TUHAN.
7 Dalam pada itu orang-orang Lewi haruslah mengelilingi raja dari segala penjuru, masing-masing dengan senjatanya di tangannya, dan siapa yang memasuki rumah itu haruslah dibunuh. Dan baiklah kamu menyertai raja setiap kali ia keluar atau masuk.”
8 Orang-orang Lewi dan seluruh Yehuda melakukan tepat seperti yang diperintahkan imam Yoyada. Masing-masing mengambil orang-orangnya yang selesai bertugas pada hari Sabat bersama-sama dengan orang-orang yang masuk bertugas pada hari itu, karena imam Yoyada tidak membebaskan rombongan-rombongan itu.
9 Lalu imam Yoyada memberikan kepada para kepala pasukan seratus itu tombak-tombak, utar-utar dan perisai-perisai kepunyaan raja Daud yang ada di rumah Allah.
10 Ia menempatkan seluruh rakyat, masing-masing dengan lembing di tangannya, di lambung kanan sampai ke lambung kiri rumah itu, dengan mengelilingi mezbah dan rumah itu untuk melindungi raja.
11 Sesudah itu Yoyada dan anak-anaknya membawa anak raja itu ke luar, mengenakan jejamang kepadanya dan memberikan hukum Allah kepadanya. Mereka menobatkan dia menjadi raja serta mengurapinya, lalu berserulah rakyat: “Hiduplah raja!”
12 Ketika Atalya mendengar pekik rakyat yang berlari-lari menyambut raja dan memuji-muji dia, pergilah ia mendapatkan rakyat itu ke dalam rumah TUHAN.
13 Lalu dilihatnyalah raja berdiri dekat tiangnya pada jalan masuk, sedang para pemimpin dengan para pemegang nafiri ada dekat raja. Dan seluruh rakyat negeri bersukaria sambil meniup nafiri, sedang para penyanyi dengan alat-alat musik mereka, memimpin nyanyian puji-pujian. Maka Atalya mengoyakkan pakaiannya sambil berkata: “Khianat, khianat!”
14 Tetapi imam Yoyada menyuruh keluar para kepala pasukan seratus, yakni orang-orang yang mengepalai tentara, katanya kepada mereka: “Bawalah dia keluar dari antara barisan! Siapa yang memihak kepadanya harus dibunuh dengan pedang!” Sebab imam itu telah berkata tadinya: “Jangan kamu membunuhnya di rumah TUHAN!”
15 Lalu mereka menangkap perempuan itu. Pada waktu ia sampai ke jalan masuk istana raja pada pintu gerbang Kuda, dibunuhlah ia di situ.
16 Kemudian Yoyada mengikat perjanjian antara dia dengan segenap rakyat dan raja, bahwa mereka menjadi umat TUHAN.
17 Sesudah itu masuklah seluruh rakyat ke rumah Baal, lalu merobohkannya; mereka memecahkan mezbah-mezbahnya dan patung-patungnya dan membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu.
18 Kemudian Yoyada menyerahkan pengawasan atas rumah TUHAN kepada imam-imam dan orang-orang Lewi, yang telah dibagi-bagi dalam rombongan oleh Daud untuk bertugas di dalam rumah TUHAN, yakni untuk mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN–seperti tertulis di dalam Taurat Musa–dengan sukaria dan dengan nyanyian menurut petunjuk Daud.
19 Juga ditempatkannya penunggu-penunggu pintu pada pintu-pintu gerbang rumah TUHAN, supaya dalam hal apapun juga jangan masuk seseorang yang najis.
20 Sesudah itu ia mengajak para kepala pasukan seratus, para pemuka, para pemerintah rakyat dan seluruh rakyat negeri, lalu membawa raja turun dari rumah TUHAN; mereka masuk ke istana raja melalui pintu gerbang Atas, lalu mendudukkan raja ke atas takhta kerajaan.
21 Bersukarialah seluruh rakyat negeri dan amanlah kota itu, setelah Atalya mati dibunuh dengan pedang.
Bacaan hari ini merupakan kisah lingkaran balas dendam dengan kekerasan yang tidak berujung. Kekerasan dibalas dengan kekerasan. Pada waktu Ahazia dibunuh oleh Yehu, Atalya maju menumpas keturunan raja dari kaum Yehuda. Pedang dianggap menjadi pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah oleh mereka, bukan dengan dialog dan jalan damai.
Imam Yoyada segera melakukan perlawanan terhadap Atalya, untuk merebut kembali takhta raja yang seharusnya disandang oleh keturunan Daud. Yoas yang selamat dari pembantaian Atalya, berhak untuk dinobatkan sebagai Raja Yehuda, meski usianya baru 7 tahun. Imam Yoyada mengumpulkan para pemimpin bangsa, rakyat dan para imam untuk berkumpul di pelataran Bait Allah dan di hadapan Tuhan mengikat perjanjian dengan Yoas atas penobatan Yoas sebagai raja baru. Tindakan ini mendatangkan murka bagi Atalya, karena hal ini dipandang sebagai pengkhianatan dan pemberontakan terhadap raja.
Dari rentetan kisah ini ada akar masalah yang memicu kejahatan yaitu kekuasaan. Tidak sedikit manusia yang rentan berhadapan dengan godaan untuk memiliki kuasa dan otoritas yang besar. Sebagai manusia, kita diberikan otoritas oleh Allah untuk mengelola bumi dengan bijak. Kita diberikan juga kemampuan untuk hidup bersama orang lain, bahkan memimpin sesama kita. Tetapi, kita perlu sadar natur kita yang berdosa ini bisa menggiring kemampuan dan keinginan tersebut menjadi obsesi yang tidak sehat, bahkan bisa mencelakai orang lain. Untuk itulah, kita perlu membawa hasrat, keinginan, dan kemampuan kita untuk ditundukkan oleh kebenaran di dalam Kristus.
Sebelum memimpin orang lain, kita perlu belajar dipimpin oleh Tuhan sebagai Pemilik dan Raja atas hidup kita. Kita perlu memahami hikmat Tuhan melalui perintah dan hukum-hukum-Nya, sehingga ketika kita memimpin atau mengelola sesuatu didasarkan oleh kebenaran dan kasih Kristus.
STUDI PRIBADI: Apakah Anda memiliki karunia memimpin? Apa yang Anda lakukan untuk bertanggung jawab terhadap karunia itu?
Pokok Doa: Berdoa supaya jemaat Tuhan dan juga para pemimpin dijauhkan dan dikuatkan untuk menang atas godaan kekuasaan dan uang, yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari melayani Tuhan dan sesama.