Allah Yang Cemburu

Rabu, 6 Juli 2022

“Tetapi orang Yehuda melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka menimbulkan cemburu-Nya dengan dosa yang diperbuat mereka, lebih dari pada segala yang dilakukan nenek moyang mereka.” (1 Raja-raja 14:22)

Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 14:21-31 | Bacaan setahun: 1 Raja-raja 14

Kata “cemburu” seringkali dianggap berkonotasi negatif, karena cemburu seringkali dikaitkan dengan iri hati. Tetapi ketika dikatakan bahwa Allah itu cemburu, bukan berarti Allah itu iri hati atau picik. Iri hati atau cemburu yang sering kita jumpai pada manusia biasanya muncul karena ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Dengan kata lain, iri hati berasal dari hati yang mengingini milik orang lain. Tetapi berbeda dengan Allah. Allah dikatakan cemburu, disebabkan karena orang mengambil apa yang menjadi milik-Nya, kecemburuan Allah muncul dari hati yang tidak ingin orang lain mengambil milik-Nya yang berharga, kesayangan-Nya.

Karena itu dalam bagian ayat yang kita baca hari ini, dikatakan bahwa Allah cemburu; oleh karena apa? Oleh karena orang Yehuda yang adalah milik kesayangan Allah, sekarang berbalik menyembah dan mempersembahkan korban kepada ilah lain dan bahkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan keji seperti yang dilakukan bangsa-bangsa yang telah dihalau Tuhan dari orang Israel. Dengan kata lain, mereka mendua hati, mereka meninggalkan Tuhan yang telah memilih dan mengikat perjanjian dengan mereka, karena itulah Tuhan cemburu sebab hati Israel terpaut pada yang lain dan Israel tidak bisa lagi mencerminkan kemuliaan Allah.

Dalam hidup sebagai orang percaya, seringkali kita pun menimbulkan cemburu Tuhan. Kita adalah milik-Nya, yang telah ditebus-Nya, dan Tuhan tidak ingin ada hal lain yang menjauhkan kita dari-Nya, bisa jadi itu karir kita, pasangan kita, atau bahkan hobi kita. Mari kita introspeksi diri kita, adakah hal-hal lain yang telah mengambil alih fokus dan tujuan hidup kita, sehingga kita tidak lagi hidup bagi Dia? Adakah kesenangan-kesenangan duniawi yang menjauhkan kita dari-Nya sehingga kita tidak punya waktu bersekutu dengan-Nya dalam saat teduh dan doa? Adakah kebiasaan baru dan kenyamanan yang membuat kita tidak lagi mengutamakan kehendak-Nya untuk beribadah di rumah Tuhan bersama saudara-saudara seiman?

Kiranya Tuhan memberikan kita kepekaan dan kesadaran bila hati kita mulai berpaling dari-Nya.

STUDI PRIBADI: Apa yang Rehabeam lakukan selama pemerintahannya; apa akibatnya? Apa pengaruh ibu Rehabeam atas dirinya sehingga terus disebutkan dalam bagian ini?

Pokok Doa: Marilah kita berdoa agar Tuhan memberikan kepekaan kepada setiap kita, anak-anak-Nya bila hati dan kasih kita mulai condong pada dunia in dan bukan pada Tuhan yang telah mati dan menebus kita. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *