Hak Waris

SELASA, 29 MARET 2022

“Perkataan anak-anak perempuan Zelafehad itu benar; memang engkau harus memberikan tanah milik pusaka kepadanya di tengah-tengah saudara-saudara ayahnya; engkau harus memindahkan kepadanya hak atas milik pusaka ayahnya.” (Bil. 27:7)

Bacaan hari ini: Bilangan 27:1-11 | Bacaan setahun: Bilangan 27

Apa yang kita lakukan ketika bergumul dengan situasi atau keadaan yang kita rasa kurang menguntungkan dan bahkan yang kita pikir tidak adil? Secara manusiawi, respons seseorang ketika mengalami hal tersebut ialah marah, mengomel, bahkan memberi perlawanan keras.

Hari ini kita baca bagaimana anak-anak perempuan Zelafehad juga mengalami kondisi yang dirasa tidak adil bagi mereka. Apa masalahnya? Ayah mereka sudah meninggal dan ia tidak punya anak laki-laki. Sesuai ketentuan hukum yang berlaku pada masa itu, hanya anak laki-lakilah yang memiliki hak mewarisi tanah dan nama keluarga. Karena itu, nama ayah atau nama keluarga Zelafehad akan terhapus dari tengah-tengah kaumnya. Sebagai akibatnya, anak-anak perempuan Zelafehad itu tidak dapat mewarisi tanah, yang berarti mereka juga tidak akan mewarisi tanah perjanjian. Lalu, apakah yang mereka lakukan dalam keadaan demikian? Firman Tuhan mengatakan bahwa kelima anak perempuan Zelafehad ini dengan berani mengajukan perkaranya di depan Musa dan imam Eleazar, dan di depan para pemimpin dan segenap umat. Ketika Musa mendengar hal itu, maka Musa membawa perkara itu ke hadapan Tuhan.

Tuhan memenuhi permintaan mereka dan karena tindakan mereka, maka dikeluarkanlah ketetapan baru bagi umat Tuhan (ayat 8-11) tentang pemberian tanah milik pusaka kepada orang Israel yang mati dengan tidak mempunyai anak laki-laki.

Dari kisah ini kita bisa belajar untuk membawa perkara kita ke hadapan Tuhan, karena Tuhan Allah adalah Hakim yang adil. Allah tidak membeda- bedakan umat-Nya, laki-laki maupun perempuan. Semua orang mendapat tempat di hati-Nya. Kita juga belajar untuk peduli dengan keadaan atau situasi yang kita lihat sebagai bentuk ketidak-adilan dan membawa perkara itu dengan cara yang benar di hadapan para pemimpin. Mungkin, melalui kepedulian kita, Tuhan memakainya untuk mendatangkan berkat dan kebaikan bagi orang banyak.

STUDI PRIBADI: Apa ketetapan yang Tuhan berikan kepada orang Israel setelah mendengar perkara yang diajukan anak-anak perempuan Zelafehad? Dari perikop ini, apa yang bisa kita pelajari tentang Allah melalui ketetapan yang diberikan-Nya?

Pokok Doa: Berdoalah agar jemaat memiliki hati yang percaya pada keadilan Tuhan dan membawa perkara dan pergumulannya dengan cara yang tepat di hadapan Tuhan dan sesama. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *