Kasih Karunia Tuhan

Selasa, 4 Januari 2022

Bacaan hari ini: Kejadian 6:1-7 Bacaan tahunan: Kejadian 5-6



“Tetapi Nuh mendapatkan kasih karunia di mata TUHAN.” (Kejadian 6:8)

“Ah, sudahlah. Percuma!” “Hopeless!” “Bo-hwat!” merupakan ungkapan-ungkapan yang sudah familiar di telinga. Istilah-istilah tersebut menyuarakan sebuah pesan: “Saya sudah tidak tahan lagi. Terserah deh kamu mau apa!” Ini terjadi ketika berhadapan dengan orang yang bebal, yang tidak mau diatur, atau tidak menunjukkan perubahan/perkembangan sesuai yang kita harapkan. Kepedulian, kesabaran, serta waktu yang kita dedikasikan seolah tidak membuahkan hasil signifikan. Alhasil, kita pun angkat tangan dan memutuskan untuk tidak turut campur.

Gaya penulisan teks Alkitab ini seolah melukiskan perasaan serupa. Allah digambarkan merasa sedih, menyesal, serta murka setelah melihat kejahatan manusia yang makin besar. Hal ini tentu sangat kontras dengan perasaan awal Allah yang melihat semuanya itu sungguh amat baik (bdk. Kej. 1:31). Bukan hanya tindakan manusia, tetapi juga intensi, motif, dan kecenderungan hati manusia, yang dicatat hanya membuahkan kejahatan semata (ay. 5). Kejahatan manusia pun menuntun kepada penghukuman Allah melalui air bah (Kej. 7). Bagian ini seolah menjadi kesimpulan catatan sebelumnya mengenai kejatuhan manusia. Uniknya, bagian ini sekaligus menjadi awal dari kisah anugerah Allah bagi kelangsungan ciptaan-Nya, melalui kehidupan dan keturunan Nuh.

Kisah ini menunjukkan keadilan dan kasih Allah secara bersamaan. Ia bukanlah Allah yang menyerah dan “bo-hwat” akan manusia yang secara konsisten jatuh dalam dosa. Frase “menyesallah TUHAN” ini tidak sedang menunjukkan bahwa Allah telah melakukan kesalahan dalam merancang manusia. Sebaliknya, penulis ingin menggambarkan kesedihan mendalam diri Allah akibat dosa manusia sekaligus ingin menunjukkan kasih-Nya bagi manusia, sekalipun konsekuensi dosa tidak dapat dihindari. Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan kita sebagai umat percaya. Kegagalan demi kegagalan yang kita alami tidak membuat Tuhan menyesal dan menyerah akan kita. Ia tetap beranugerah dan berperkara dengan kita dalam kasih anugerah-Nya. Kiranya kita tidak menganggap remeh anugerah Allah.

STUDI PRIBADI: Apakah respons kita terhadap anugerah Allah hingga saat ini? Adakah kita sungguh bersyukur atau justru “memanfaatkannya” untuk terus hidup di dalam dosa?

Pokok Doa: Berdoalah, kiranya anugerah Allah benar-benar dirasakan oleh setiap anak Tuhan sehingga menjadikan sukacita dan penghiburan dalam masa-masa sulit yang dialami saat ini. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *