Kerapuhan Yang Menuntun Kepada Pemulihan

Senin, 8 November 2021

Bacaan hari ini: Matius 9:20-22 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 8, Yeremia 28-30



“Karena katanya dalam hatinya: Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Matius 9:21)

Kerapuhan adalah hal yang dihindari oleh manusia di sepanjang masa. Sejak zaman dahulu berbagai upaya dilakukan agar kita tidak nampak rapuh. Berbagai inovasi teknologi kosmetika dan juga perawatan kulit terus dikembangkan secara masif untuk melawan proses penuaan wajah. Berbagai upaya teknologi kesehatan pun dikembangkan untuk “membalikkan arah jarum jam biologis” – untuk melawan kerapuhan degeneratif tubuh fana manusia. Sosial media juga turut menjadi sarana untuk menutupi kerapuhan hidup kita. Citra diri yang indah dan bahagia diumbar secara berlebihan, untuk menutupi perih dan luka dari pelik dan rapuhnya kenyataan hidup.

Dalam perikop ini kita menyaksikan, justru kerapuhan adalah api yang menyulut keberanian untuk melangkah dalam iman. Kondisi penderitaan pendarahan yang telah dialami perempuan ini selama dua belas tahun bukanlah kondisi yang mudah. Mari kita coba memahami dan berempati pada penderitaan fisik perempuan ini. Perempuan secara strata sosial dipandang lebih rendah dalam tradisi Yahudi. Kondisi ini ditambah pula dengan status najis secara seremonial keagamaan karena penyakit pendarahan yang dideritanya (Imamat 15:19-30). Perempuan ini meyakini dengan sepenuh hatinya bahwa Tuhan Yesus sanggup untuk menyembuhkannya. Di dalam kerapuhan yang berpadu dengan keyakinan inilah terpantik sebuah keberanian sekaligus kreatifitas untuk melakukan sebuah tindakan iman. Walaupun tindakan ini tentu saja beresiko untuk menyatakan kondisinya kepada lebih banyak orang, tetapi dia tetap berani untuk bertindak dalam iman. Terpujilah Tuhan Yesus di dalam kuasa Ilahi- Nya! Dia berpaling, mengafirmasi, dan memulihkan perempuan ini.

Jangan takut dan gentar ketika menyadari kerapuhan diri. Kerapuhan dalam kejujuran yang diterangi oleh kuasa Roh Kudus adalah kesempatan untuk mengalami kuasa-Nya.

STUDI PRIBADI: Sudahkah kita dengan berani dan otentik mengakui kerapuhan kita di hadapan Tuhan dan sesama?

Pokok doa: Marilah kita berdoa agar para pemimpin kita tidak segan untuk bersikap otentik di dalam terang tuntunan Roh Kudus. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *