Hati Seorang Nabi

Jumat, 04 Oktober 2019

Bacaan hari ini: Amos 7 | Bacaan setahun: Amsal 4, Kidung Agung 6-8



“Jawab Amos kepada Amazia: ‘Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.’” (Amos 7:14)

Dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa, kebenaran tidak lagi menjadi hal yang menyenangkan. Tidak jarang orang yang berusaha mengatakan dan melakukan kebenaran malah dikucilkan. Bukan pujian yang didapatkan oleh orang yang melakukan kebenaran, melainkan fitnahan. Hal tersebut dialami oleh Amos.

Berulang kali Amos mendapat penglihatan akan datangnya hukuman dari Allah atas Israel. Berulang kali juga Amos mengajukan permohonan agar Tuhan mengasihani dan tidak menghukum Israel. Di sini tampak hati Amos yang penuh belas kasih. Amos tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri. Amos ingin supaya umat Tuhan dihindarkan dari penghukuman. Namun sekalipun demikian, Amos menyadari bahwa sebagai hamba Allah, ia tidak boleh membela umat yang berdosa lebih daripada ia membela kebenaran Allah. Karena itu setelah dua kali berturut-turut Amos memohon pengampunan bagi Israel, untuk kali selanjutnya ia tidak melakukanya lagi.

Berbeda halnya dengan Amazia, kepala imam penyembahan berhala di Betel. Bagi Amazia, yang penting adalah dirinya sendiri. Jabatan imam atau nabi tidak lebih dari sekadar perkara mencari makan. Selama ia bisa menyampaikan hal-hal yang menyenangkan telinga raja, kehidupannya akan terjamin. Kehadiran Amos telah menjadi ancaman bagi Amazia dan pekerjaannya. Karena itu, Amazia memfitnah Amos dengan mengatakan bahwa Amos merencanakan pemberontakan terhadap raja Yerobeam.

Amos bukanlah imam dan secara latar belakang ia tidak termasuk golongan nabi. Namun ia memiliki hati seorang nabi yang mengasihi umat dan mau memberitakan firman Tuhan. Sekalipun mendapatkan fitnahan, bukannya pujian, ia tahu bahwa tugas utamanya adalah menyampaikan kebenaran. Ketika melakukan kebenaran, bisa jadi tidak ada orang yang memperhatikan. Ketika menyerukan kebenaran, bisa jadi tidak ada orang yang mendengarkan. Namun hidup dalam kebenaran adalah panggilan tiap anak Tuhan. Maukah kita menyatakan dan mempraktikkan kebenaran, sekalipun mungkin tidak selalu menyenangkan?

STUDI PRIBADI :
(1) Bagaimana Betel dapat menjadi tempat penyembahan berhala ?
(2) Mengapa Amos mengatakan bahwa dirinya bukan nabi?

Berdoalah : Tuhan kami Yesus Kristus, ajarlah kami untuk memiliki hati seorang hamba Allah yang berani menyatakan dan melakukan kebenaran, sekalipun resikonya tidak selalu menyenangkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *