Keberhargaan Orang Percaya

Kamis, 19 September 2019

Bacaan hari ini: Hosea 9 | Bacaan setahun: Mazmur 116-118, Wahyu 19



“Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku melihat nenek moyangmu…” (Hosea 9:10a)

Bangsa Israel bukanlah bangsa yang istimewa di mata dunia, tetapi justru Tuhan menjadikan mereka istimewa di mata Tuhan pertama kali, setelah itu mereka menjadi istimewa di mata dunia saat itu. Tuhan yang mendapati mereka di “padang gurun” dan memandang mereka begitu berharga seperti “buah anggur” (ay. 10). Pohon ara juga merupakan pohon yang biasa dijumpai di Palestina. Tuhan juga melihat bangsa Israel sebagai bangsa yang istimewa di mata-Nya, diumpamakan “seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara” (ay. 10). Keberhargaan Israel dan identitas istimewa dari Tuhan kepada bangsa Israel, justru ditinggalkan oleh bangsa Israel. Status sebagai bangsa pilihan Tuhan, yang diberikan Allah yang sejati, Allah Israel, justru mereka abaikan. Mereka justru berbalik dari Allah yang benar dan menyembah kepada Baal, dewa sesembahan bangsa Moab saat itu.

Dikatakan bahwa Israel ini “membaktikan diri kepada dewa keaiban.” Bangsa Israel bersumpah, bernazar dan mendedikasikan dirinya kepada Baal-Peor, dewa sesembahan bangsa Moab. Baal-Peor ini disebut sebagai “dewa keaiban”, artinya dewa yang mendatangkan malu, karena Baal-Peor adalah allah yang hanya berupa patung, mati dan buatan tangan manusia. Dengan menyembah kepada Baal, dewa keaiban, bangsa Israel membawa kecemaran dan dosa bagi dirinya sendiri. Mereka telah menjadikan dirinya mereka kejijikan di hadapan Tuhan.

Tuhan mengingatkan orang-orang tebusan-Nya, bahwa kita diberikan status sebagai orang-orang kudus, umat pilihan-Nya berdasarkan kasih karunia-Nya, kita berharga di mata Tuhan. Keberhargaan kita sebagai umat Tuhan dapat terjaga dan dapat terpelihara apabila kita mendedikasikan diri sepenuhnya kepada Tuhan saja, bukan kepada ilah-ilah dalam hidup ini. Uang, kedudukan, pekerjaan, anak, pasangan, atau benda, semuanya bisa menjadi ilah kita dalam hidup zaman sekarang. Tuhan mau agar kita, orang tebusan-Nya, melepaskan semua ilah-ilah dalam hati dan hidup kita, dan hanya mengilahkan Tuhan saja dalam hidup ini.

STUDI PRIBADI :
(1) Siapakah diri kita di mata Tuhan ?
(2) Adakah ilah-ilah lain dalam hati saya dan Saudara saat ini, yang membawa kita jauh dari Tuhan ?

Pokok Doa : Berdoalah agar jemaat Tuhan menyadari dan bertobat apabila ada ilah lain di hati selain daripada Tuhan, dan bersedia membuangnya dan mendedikasikan diri kembali kepada Tuhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *