Berdua Lebih Baik

Sabtu, 02 Maret 2019

Bacaan hari ini: Pengkhotbah 4:1-16, Bacaan setahun: Bilangan 21-22, Lukas 17

 

“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.” (Pengkhotbah 4:9)

Pernahkah Anda mendengar tentang “fenomenan sologami”? Ya, bukan poligami, bukan pula monogami, – tetapi menikahi diri sendiri! Dominique Youkhehpaz meresmikan sebuah pernikahan solo pertamanya pada 2011 di sebuah festival seni Burning Man, di AS. Sejak saat itu dia juga mendirikan jasa konsultan Self Marriage Ceremonies. Dia menawarkan kursus online selama 10 minggu untuk menyiapkan calon pengantin untuk bersologami, dengan harga $200 (Rp. 2,7 juta), lengkap dengan sesi konseling pribadi. Youkhehpaz mengatakan dia telah bekerja dengan lebih dari 250 klien hingga saat ini dan usahanya berkembang. Ujarnya, “Sebuah acara pernikahan diri sendiri dapat berupa ritual sederhana di kamar tidur seseorang hingga acara yang lebih mewah.”

Para pendukung sologami mengatakan konsep itu tentang mencintai diri sendiri dan berdamai dengan kesendirian – untuk meraih kebahagiaan. Awal dari bacaan (ayat 1-6) menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah sebuah kesia-siaan. Bahkan pengkhotbah menegaskan bahwa mereka yang paling beruntung adalah mereka yang belum dilahirkan, karena belum mengalami kesia-siaan hidup (ay. 3).

Di dalam hidup yang sia-sia ini, apa yang dapat membuatnya menjadi berarti? Pengkhotbah melanjutkannya dengan mengatakan bahwa kehidupan manusia akan lebih berarti jika dijalani bersama-sama. Berdua lebih baik dari pada seorang diri, tali tiga lembar tak mudah diputuskan. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang serupa dan segambar dengan Allah. Allah Tritunggal yang memiliki relasi satu sama lain dalam kesatuan mereka – Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dalam keserupaan itu, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, yang sangat membutuhkan relasi dengan sesamanya. Pengkhotbah menambahkan, hidup berelasi dengan sesama akan menjadi lebih berarti, ketika kita menjalani hidup berpedoman kepada hikmat Ilahi. Inilah petunjuk pengkhotbah bagi kita untuk dapat menikmati hidup yang sia-sia ini.

STUDI PRIBADI : 
(1) Bersyukurlah untuk orang-orang yang TUHAN taruh dalam hidup kita.
(2) Mintalah hikmat kepada Roh Kudus, agar kita dapat menikmati, menghargai, dan juga menjaga relasi dengan sesama yang TUHAN letakkan dalam jalan kehidupan kita.

Pokok Doa: Berdoalah memohon agar Roh Kudus membuka mata rohani kita serta menganugerahkan hikmat Ilahi, agar kita dapat menikmati hidup berkomunitas dengan sesama.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *