Ratapan Ayub

Bacaan hari ini: Ayub 3
“Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan. Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.” (Ayub 3:3-4)

Sebuah lagu berjudul “It is well with my soul” atau “Nyamanlah Jiwaku” ditulis oleh seorang Kristen penganut Presbytarian bernama Horatio Gates Spafford. Lagu ini tercipta di tengah laut Samudra Atlantik, ketika Spafford meminta kepada kapten kapal untuk berhenti sebentar, karena kapal yang sedang ditumpangi ada di kawasan kapal tenggelam yang telah merenggut nyawa keempat anaknya.

Spafford meratapi kehilangannya. Dengan memuji Tuhan, di tengah Samudra Atlantik, kesedihan dan kepedihan terasa dalam hati Spafford. Secara manusiawi, sangat sulit untuk tetap memuji Tuhan, tetapi Spafford, di tengah-tengah rasa dukanya yang mendalam, ia sanggup mengatakan, “S’lamatlah jiwaku” atau yang diterjemahkan sebagai “Nyamanlah jiwaku.” Spafford tidak menyalahkan Tuhan, Spafford tidak mengutuk Tuhan, tetapi memuji Tuhan.

Kisah ini tidak jauh berbeda dengan kisah Ayub dalam pasal 2. Ayub tidak menyalahkan Allah, Ayub juga tidak mengutuki Allah di tengah-tengah pendertiaan berat yang ia alami. Pendertiaan yang berat yang dialami Ayub membuat Ayub meratapi hidupnya. Ayub ingin tidak pernah dilahirkan agar ia tidak merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan Ayub berharap mati ketika masih bayi atau ketika ia dilahirkan sehingga ia tidak perlu menanggung himpitan rasa sakit. Dalam ratapan Ayub tersirat rasa marah kepada Tuhan, tetapi ia tidak mengutuki Allah, ia tidak melawan Allah, dan bahkan Ayub tidak berbuat dosa di hadapan Allah.

Ketika seseorang mengeluh, meratapi, dan menangisi, itu merupakan sebuah ungkapan yang wajar secara manusiawi atas kondisi penderitaan hidupnya. Menjadi tidak wajar ketika sikap ini dilakukan dengan menyalahkan Tuhan dan melawan Tuhan, karena itu adalah sebuah perbuatan dosa. Sebaliknya, ketika ratapan disertai dengan pengakuan kedaulatan Allah dan pujian kepada Allah, maka hal itu menjadi sebuah pernyataan iman di dalam Tuhan.

STUDI PRIBADI:

  1. Apakah Ayub mengutuki Tuhan ketika ia meratapi pendertiaan yang sedang ia alami?
  2. Bagaimanakah sikap Anda ketika sedang meratapi penderitaan hidup Anda?

DOAKAN BERSAMA: Berdoa untuk sikap kita dalam meratapi segala perkara dalam hidup kita agar ratapan kita tidak mempersalahkan Tuhan atau bahkan berbuat dosa di hadapan Tuhan, melainkan tetap mengagungkan Tuhan.

One thought on “Ratapan Ayub

  1. Like!! Thank you for publishing this awesome article.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *