22 Desember 2024

Ringkasan Khotbah
22 Desember 2024

Bahan Pertemuan Kelompok Kecil

Advent 4 : Dia Damai Sejahteraku

Lukas 2 : 8-20

Tidak seperti Matius, Lukas menampilkan kisah kelahiran Yesus dalam setting pemerintahan Kaisar Agustus (2:1). Dua hal ini tidak bertentangan, sebab yang satu ialah raja wilayah atau semacam gubernur (Herodes), sementara yang lainnya (Agustus) ialah raja atas seluruh wilayah. Masa pemerintahan Agustus sendiri merupakan salah satu masa pemerintahan terbaik dalam sejarah dunia. Menurut catatan sejarah, nama aslinya ialah Gaius Octavius. Dia adalah keponakan Julius Caesar yang diangkat anak dan dipilih untuk menjadi penerus Julius. Dia dianggap sebagai pendiri kekaisaran Romawi dan merupakan seorang yang cerdik, yang mampu mengamankan posisinya maupun mengatur pemerintahannya dengan baik. Meskipun pada masanya ada sedikit perang dan pemberontakan, dia mampu mengatasinya, sehingga tidak meluas dan menjadi masalah besar. Tidak heran masa pemerintahannya sering disebut sebagai ‘pax romana’ atau Roman Peace atau “Roma yang damai.” Karena masa pemerintahannya dianggap mencerminkan damai, beberapa orang lantas menyebutnya ‘Kaisar Perdamaian.’

Lantas, mengapa Lukas menempatkan kelahiran Tuhan Yesus dalam konteks pemerintahan Agustus? Lukas nampaknya ingin membuat kontras antara Tuhan Yesus dan Kaisar Agustus. Kontras ini terlihat jelas karena Lukas memasukkan nyanyian malaikat di ay. 14. Melalui nyanyian malaikat tersebut, Lukas ingin menunjukkan bahwa Kaisar Perdamaian yang sebenarnya ialah Yesus, bukan Agustus. Meminjam bahasa Yesaya, Yesuslah Raja Damai yang dijanjikan Allah. Damai di bumi muncul bukan karena Agustus memerintah, tetapi karena Yesus lahir ke dalam dunia.

Selain itu, damai yang Yesus bawa merupakan damai yang berbeda. Pada masa itu, orang mendefinisikan damai sebagai ketiadaan perang. Agustus memang berupaya membawa damai yang demikian, walau jelas ia tidak sepenuhnya berhasil. berbeda dengan Agustus, damai yang Yesus bawa lebih dari sekedar keadaan yang baik atau tanpa perang. Kata ‘damai’ (eirēnē) di sini dilatarbelakangi konsep ‘syalom’ dalam Perjanjian Lama. Konsep ini bicara soal relasi yang baik dengan Allah dan keselamatan.

Allah tahu bahwa kebutuhan mendasar manusia bukan sekadar keadaan tanpa perang atau ketenangan secara psikis, tetapi pemulihan hubungan dengan-Nya. Tanpa pemulihan hubungan dengan-Nya, keadaan yang baik dan tenang tidak akan pernah bisa terwujud. Yang membuat hidup manusia tidak bisa merasakan damai bukannya keadaan yang tidak baik, tetapi permusuhan dengan Allah. Karena itu, Allah datang dan memulihkan relasi yang rusak antara manusia dan diri-Nya di dalam diri Yesus. Yesus adalah Raja Damai yang sejati sebab di dalam Dia kita bisa mengalami damai yang sejati, damai yang hanya bisa kita rasakan karena Allah berdamai dengan kita dan menyertai kita.

Hari ini, damai menjadi salah satu hal yang langka. Tekanan hidup, tekanan kerja, tekanan masyarakat membuat damai dan ketenangan hidup menjadi hal yang sulit didapatkan. Sayangnya, dalam keadaan demikian manusia justru mencoba mencari damai yang semu. Manusia berpikir bahwa hiburan, kesenangan, uang, popularitas, makanan, yoga, dsb bisa memberikan damai dan ketenangan. Dengan kata lain, manusia ingin membuat keadaannya terasa baik, karena damai diidentikkan dengan keadaan yang baik. Tetapi Alkitab jelas mengajar bahwa damai bukan soal keadaan kita yang baik, tapi dengan siapa kita menjalani hidup.

Kiranya momen Advent kali ini kembali mengingatkan kita bahwa Allah telah mengirimkan sumber damai yang sejati, yaitu Yesus. Karena itu, jangan letakkan sumber damaimu pada hal-hal yang lain; jadikan Yesus sebagai sumber damaimu. Pendamaian dengan Allah dan penyertaan-Nya merupakan kekuatan untuk menjalani hidup, bahkan di dalam saat-saat tersulit.

×

Lukas 2 : 1

1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.

×

Lukas 2 : 14

14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat Yang Maha Tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."

×

Pengkhotbah 2 : 7-9

7 Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan, dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku.

8 Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak gundik.

9 Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku.

×

Pengkhotbah 2 : 10-20

10 Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.

11 Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.

12 Lalu aku berpaling untuk meninjau hikmat, kebodohan dan kebebalan, sebab apa yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja? Hanya apa yang telah dilakukan orang.

13 Dan aku melihat bahwa hikmat melebihi kebodohan, seperti terang melebihi kegelapan.

14 Mata orang berhikmat ada di kepalanya, sedangkan orang yang bodoh berjalan dalam kegelapan, tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama menimpa mereka semua.

15 Maka aku berkata dalam hati: "Nasib yang menimpa orang bodoh juga akan menimpa aku. Untuk apa aku ini dulu begitu berhikmat?" Lalu aku berkata dalam hati, bahwa inipun sia-sia.

16 Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang berhikmat, maupun dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan. Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh!

17 Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

18 Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.

19 Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh? Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat. Inipun sia-sia.

20 Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari.

×

Pengkhotbah 2 : 24-25

24 Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah.

25 Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?

×

1 Korintus 6 : 3b

3b Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.

×

1 Korintus 6 : 4

4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat?

×

1 Korintus 6 : 5

5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?

×

1 Korintus 6 : 7-8

7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?

8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.

×

1 Petrus 2 : 19-21

19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

×

Matius 5 : 39-41

39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.

41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.

×

Roma 12 : 17

17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!

×

1 Korintus 6 : 8

8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.

×

1 Korintus 6 : 9-11

9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,

10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.

×

1 Korintus 6 : 10

10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

×

1 Korintus 6 : 9

9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,

×

1 Korintus 6 : 5-6

5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?

6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?

  1. Bagikan pada anggota yang lain apa hal yang paling membekas bagi Anda dari kotbah hari Minggu kemarin (Ilustrasi? Poin kotbah? Suasana hati Anda? Dsb)? Mengapa?
  2. Mengapa Lukas menempatkan kisah kelahiran Tuhan Yesus dalam konteks pemerintahan Kaisar Agustus? Apa kontras yang hendak ia tampilkan kepada kita?
  3. Bagaimana orang-orang pada masa kuno mendefinisikan damai? Apa yang membedakan damai yang Tuhan Yesus hadirkan dengan damai yang orang-orang itu harapkan?
  4. Bagaimana kotbah hari ini mengubah konsep Anda mengenai damai sejahtera?
  5. Apakah Anda pernah mengalami keadaan yang baik namun tanpa ada rasa damai? Bagikan kepada rekan-rekan Anda?
  6. Apakah Anda pernah mengalami keadaan yang penuh tantangan, namun tetap ada damai dalam keadaan demikian? Mengapa? Bagikan pada rekan-rekan Anda.
Bagaikan damai sejahtera yang Allah sudah berikan kepada orang lain. Dalam suasana Natal ini, hadirkan kebaikan bagi satu atau dua orang yang Anda tahu sedang bergumul.
Doakan agar damai sejahtera Allah terus memelihara hati dan hidup kita. Doakan juga agar kita bisa menjadi penyalur damai sejahtera Allah pada orang lain.
Download Ringkasan Khotbah
Download Ringkasan Khotbah
Tutup Ringkasan Khotbah
Tutup Ringkasan Khotbah