Ringkasan Khotbah
3 November 2024
Bahan Pertemuan Kelompok Kecil
MATAKU TELAH MEMANDANG ALLAH
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Ayub 42:5
Ayat ini mengungkapkan perubahan besar dalam hidup Ayub. Setelah melalui penderitaan yang luar biasa, Ayub tidak hanya mendengar tentang Tuhan dari orang lain, tetapi ia akhirnya mengalami perjumpaan langsung dengan Tuhan. Ayub 42:5 menyatakan suatu pergeseran dari pengetahuan yang teoretis menjadi pengalaman yang nyata. Ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita renungkan dari ayat ini.
Pertama, Ayub sebelumnya mengetahui Tuhan hanya berdasarkan cerita orang lain. Ayat ini menunjukkan bahwa hubungan dengan Tuhan bukan hanya tentang mengetahui secara intelektual, tetapi tentang perjumpaan pribadi dengan-Nya. Sama seperti Ayub, kita bisa saja mendengar tentang Tuhan melalui pengajaran, khotbah, atau tradisi, tetapi yang Tuhan inginkan adalah agar kita memiliki pengalaman langsung dengan-Nya.
Dalam kehidupan kita, pengalaman pribadi ini bisa datang melalui doa, saat-saat kesendirian dengan Tuhan, membaca firman-Nya, atau melalui kejadian-kejadian yang mengungkapkan kuasa-Nya. Ayub berkata, “Mataku memandang Engkau,” menandakan bahwa ia benar-benar memahami dan merasakan kehadiran Tuhan. Pertanyaan penting bagi kita: apakah kita telah mengalaminya, atau hanya mendengar tentang Tuhan dari orang lain?
Kedua, Ayub mencapai titik di mana ia benar-benar “memandang Allah” setelah mengalami penderitaan yang mendalam. Pengalaman penderitaan tersebut mengubahnya dari sekadar mendengar tentang Tuhan menjadi melihat-Nya dengan mata batin yang terbuka. Penderitaan bisa menjadi alat yang Tuhan gunakan untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Ketika kita berada dalam kesulitan atau krisis, justru di sanalah kita bisa mengalami Tuhan dengan lebih dalam. Ketika kita menjalani hidup ini, adakalanya kesulitan membuka mata kita kepada kebenaran-kebenaran yang lebih mendalam tentang Tuhan. Seperti Ayub, mungkin melalui situasi-situasi sulit kita dapat berkata, “Sekarang aku melihat Tuhan dengan nyata.”
Ketiga, perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan mengubah cara pandang Ayub tentang segala sesuatu. Sebelum perjumpaan ini, ia mungkin telah meragukan keadilan Tuhan, tetapi setelah melihat Tuhan, ia berubah dan menyadari kebesaran-Nya yang tak terbatas. Pengalaman ini membawanya kepada pemahaman yang baru, kerendahan hati, dan penyesalan atas ketidakmengertiannya sebelumnya.
Ketika kita benar-benar mengalami Tuhan, pemahaman kita berubah. Tuhan tidak hanya menjadi konsep atau ide, tetapi menjadi realitas hidup yang nyata. Perubahan ini menuntun kita kepada kerendahan hati, kesadaran akan kebesaran-Nya, dan penyesalan atas ketidakpercayaan atau sikap kita yang salah selama ini.
Terakhir, kita semua dipanggil untuk mencari pengalaman pribadi dengan Tuhan, bukan sekadar mendengar tentang-Nya dari orang lain. Pengalaman ini sangat penting dalam membangun iman yang kuat dan otentik. Doa, pembacaan firman, dan merenungkan kebesaran Tuhan adalah cara-cara untuk memandang Tuhan dengan mata batin kita.
Seperti Ayub, kita pun bisa mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan yang mengubah hidup kita. Melalui hubungan yang intim dan pribadi dengan-Nya, kita pun dapat berkata, “Mataku telah memandang Allah.” Ini bukan hanya sebuah klaim, tetapi suatu pengalaman yang nyata, di mana kita menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap aspek hidup kita. Amin.
Ayub 42 : 5
5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
2 Tesalonika 2 : 3-4
3 Janganlah kamu disesatkan orang dengan cara bagaimanapun juga! Sebab sebelum hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,
4 yaitu lawan yang meninggikan diri di atas semua yang disebut atau yang disembah sebagai Allah hingga ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.
2 Tesalonika 2 : 15
15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
2 Tesalonika 2 : 17
17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam setiap pekerjaan dan perkataan yang baik.
1 Korintus 6 : 2b
2b Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?
1 Korintus 6 : 3b
3b Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.
1 Korintus 6 : 4
4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat?
1 Korintus 6 : 5
5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?
1 Korintus 6 : 7-8
7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?
8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
1 Petrus 2 : 19-21
19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Matius 5 : 39-41
39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
Roma 12 : 17
17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
1 Korintus 6 : 8
8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.
1 Korintus 6 : 9-11
9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,
10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
1 Korintus 6 : 10
10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
1 Korintus 6 : 9
9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,
1 Korintus 6 : 5-6
5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?
6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?
- Pengalaman Pribadi: Luangkan waktu untuk membangun hubungan yang intim dengan Tuhan melalui doa dan merenungkan firman-Nya. Jangan puas hanya dengan mendengar tentang Tuhan dari orang lain.
- Penderitaan sebagai Berkat: Lihatlah kesulitan sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan lebih mengenal Tuhan. Seperti Ayub, penderitaan dapat membuka mata kita untuk memandang Tuhan dengan cara yang baru.
- Kerendahan Hati: Setelah berjumpa dengan Tuhan, kita diundang untuk bersikap rendah hati, mengakui keterbatasan kita, dan bertobat dari sikap-sikap yang salah.
- Apakah Anda pernah merasakan perjumpaan pribadi dengan Tuhan? Bagaimana pengalaman tersebut mengubah hidup Anda?
- Dalam situasi apa Anda merasa lebih dekat dengan Tuhan? Bagaimana cara Anda dapat lebih sering memandang Tuhan dalam hidup sehari-hari?
- Mengucap syukur atas perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan melalui doa, pembacaan dan perenungan firman Tuhan setiap harinya.
- Berdoa agar Tuhan menolong dan memampukan kita untuk dapat melihat kesulitan sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan lebih mengenal Tuhan secara pribadi.