Bacaan hari ini: Ayub 25
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17)
Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah gambaran yang terjadi dan dirasakan Ayub. Ayub membutuhkan pengertian dan belas kasihan dari para sahabatnya, tapi justru hal sebaliknya yang Ayub dapatkan, yaitu kata-kata yang penuh sindiran dan ejekan. Sungguh ironis, seorang penafsir mengatakan, “Ayub terluka karena kekasaran mereka, sakit hati karena kecaman mereka, lelah oleh karena celaan mereka, dan digerakkan masuk ke dalam kebencian oleh argumen-argumen mereka.” Pernyataan dan tuduhan-tuduhan dari para sahabat Ayub begitu pedas dan menusuk, bahkan tanpa menempatkan diri mereka dalam kondisi Ayub. Demikianlah sahabat-sahabat Ayub berbicara.
Keadaan semakin memburuk ketika Bildad mulai berpendapat tentang penderitaan Ayub. Di awal pasal 8, Bildad telah memaparkan pendapatnya yang menuduh Ayub telah berdosa, sehingga ia layak menerima semua penderitaan ini, sebagai akibat penghukuman Allah karena dosanya itu (Ayub 8:4). Ia mendesak Ayub untuk merenungkan kembali karakter Allah. Dengan kata lain, ia ingin berkata bahwa Ayub adalah seorang munafik, sebab Ayub tidak memiliki pengenalan akan Allah.
Dalam pasal 25 ini, Bildad tak henti-hentinya memandang kehidupan ini secara hitam-putih, benar-salah, adil-tidak adil. Bildad berpikir bahwa Allah itu adil, memberkati orang benar dan menghukum orang jahat (Ayub 25:4). Dalam kasus Ayub, penderitaannya menunjukkan bahwa ia orang yang berbuat jahat di mata Allah. Bildad tidak memiliki argumentasi kembali untuk menyerang Ayub, sehingga ia berbicara secara umum mengenai Allah. Bildad merasa diri benar dengan semua perkataannya itu, tetapi hal itu tidak memberi ketenangan dan penghiburan bagi Ayub sedikit pun.
Alkitab mengajarkan agar kita menjadi saudara seiman yang saling bertolong-tolongan dalam menanggung beban (Galatia 6:2). Oleh sebab itu, jadilah sahabat-sahabat yang menentramkan hati mereka yang penat, menghibur mereka yang berkesusahan, dan menjadi saudara bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang akan Anda lakukan jika melihat saudara seiman mengalami pergumulan dan penderitaan? (2) Sudahkah Anda menjadi sahabat yang baik?
DOAKAN BERSAMA: Tuhan, jadikanlah aku sahabat yang baik dan dapat menjadi penolong bagi saudara-saudara seiman yang sedang dalam kesusahan dan penderitaan, Amin.