Sabtu, 08 Oktober 2022
“Itulah sebabnya engkau dikelilingi perangkap, dan dikejutkan oleh kedahsyatan dengan tiba-tiba. Terangmu menjadi gelap, sehingga engkau tidak dapat melihat dan banjir meliputi engkau.” (Ayub 22:10-11)
Bacaan hari ini: Ayub 22:1-30 | Bacaan tahunan: Ayub 22
Ayub 22 : 1-30
Elifas menganjurkan, supaya Ayub bertobat dari pada dosanya yang besar
1 Maka Elifas, orang Teman, menjawab:
2 “Apakah manusia berguna bagi Allah? Tidak, orang yang berakal budi hanya berguna bagi dirinya sendiri.
3 Apakah ada manfaatnya bagi Yang Mahakuasa, kalau engkau benar, atau keuntungannya, kalau engkau hidup saleh?
4 Apakah karena takutmu akan Allah, maka engkau dihukum-Nya, dan dibawa-Nya ke pengadilan?
5 Bukankah kejahatanmu besar dan kesalahanmu tidak berkesudahan?
6 Karena dengan sewenang-wenang engkau menerima gadai dari saudara-saudaramu dan merampas pakaian orang-orang yang melarat;
7 orang yang kehausan tidak kauberi minum air, dan orang yang kelaparan tidak kauberi makan,
8 tetapi orang yang kuat, dialah yang memiliki tanah, dan orang yang disegani, dialah yang mendudukinya.
9 Janda-janda kausuruh pergi dengan tangan hampa, dan lengan yatim piatu kauremukkan.
10 Itulah sebabnya engkau dikelilingi perangkap, dan dikejutkan oleh kedahsyatan dengan tiba-tiba.
11 Terangmu menjadi gelap, sehingga engkau tidak dapat melihat dan banjir meliputi engkau.
12 Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi? Lihatlah bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya!
13 Tetapi pikirmu: Tahu apa Allah? Dapatkah Ia mengadili dari balik awan-awan yang gelap?
14 Awan meliputi Dia, sehingga Ia tidak dapat melihat; Ia berjalan-jalan sepanjang lingkaran langit!
15 Apakah engkau mau tetap mengikuti jalan lama, yang dilalui orang-orang jahat,
16 mereka yang telah direnggut sebelum saatnya, yang alasnya dihanyutkan sungai;
17 mereka yang berkata kepada Allah: Pergilah dari pada kami! dan: Yang Mahakuasa dapat berbuat apa terhadap kami?
18 Namun Dialah juga yang memenuhi rumah mereka dengan segala yang baik–tetapi rancangan orang fasik adalah jauh dari padaku.
19 Hal itu dilihat oleh orang benar dan mereka bersukaria; orang yang tidak bersalah mengolok-olok mereka:
20 Sungguh, lawan kami telah dilenyapkan, dan peninggalan mereka telah habis dimakan api.
21 Berlakulah ramah terhadap Dia, supaya engkau tenteram; dengan demikian engkau memperoleh keuntungan.
22 Terimalah apa yang diajarkan mulut-Nya, dan taruhlah firman-Nya dalam hatimu.
23 Apabila engkau bertobat kepada Yang Mahakuasa, dan merendahkan diri; apabila engkau menjauhkan kecurangan dari dalam kemahmu,
24 membuang biji emas ke dalam debu, emas Ofir ke tengah batu-batu sungai,
25 dan apabila Yang Mahakuasa menjadi timbunan emasmu, dan kekayaan perakmu,
26 maka sungguh-sungguh engkau akan bersenang-senang karena Yang Mahakuasa, dan akan menengadah kepada Allah.
27 Jikalau engkau berdoa kepada-Nya, Ia akan mengabulkan doamu, dan engkau akan membayar nazarmu.
28 Apabila engkau memutuskan berbuat sesuatu, maka akan tercapai maksudmu, dan cahaya terang menyinari jalan-jalanmu.
29 Karena Allah merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala!
30 Orang yang tidak bersalah diluputkan-Nya: engkau luput karena kebersihan tanganmu.”
Elifas adalah sahabat Ayub yang sangat mengerti konsep tentang keadilan Tuhan, sehingga perkataannya sangat rohani dan tampak masuk akal. Sayang sekali, Elifas menggunakan pemahaman teologianya untuk menuduh dan menghukum Ayub.
Seperti halnya Zofar, Elifas juga menempatkan Ayub sebagai orang berdosa yang sedang dihukum oleh Allah. Namun lebih jauh lagi, Elifas bahkan mengatakan bahwa Ayub telah melakukan kejahatan besar secara terus-menerus. Ia menuduhkan hal-hal keji yang sebenarnya tidak pernah dilakukan Ayub, seperti sewenang-wenang menerima gadai, merampasi orang melarat, tidak memperhatikan mereka yang haus dan lapar, bahkan menekan para janda dan yatim piatu. Apakah Ayub memang melakukan semua kejahatan itu?
Pada pembukaan kitab Ayub, kita tahu bahwa Ayub yang berasal dari tanah Us, adalah seorang yang saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1). Allah sendiri memuji Ayub sebagai orang yang tiada duanya di bumi, yang demikian saleh dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:8). Tentunya apa yang dikatakan sahabat-sahabat Ayub, termasuk Elifas, tidaklah tepat. Mereka sepertinya sedang menghibur dan membahas tentang kebenaran Tuhan, agar penderitaan Ayub menemukan jalan keluarnya. Namun yang mereka katakan justru menyakiti dan menjatuhkan Ayub.
Beberapa pelajaran bisa kita dapat dari renungan ini. Pertama, tujuan kita belajar dan memahami firman Tuhan bukanlah untuk menyerang dan menjatuhkan orang lain, apalagi kepada saudara seiman yang sedang kesusahan. Jangan mengatasnamakan Tuhan dan memakai firman Tuhan untuk menghakimi dan membuat orang lain merasa bersalah. Hal kedua yang bisa kita pelajari adalah dari sikap Ayub. Walaupun ia sedang terpuruk dan kepadanya dituduhkan bermacam-macam dosa dan kesalahan, Ayub tetap tenang, tidak mudah putus asa, berpikir jernih, berani berdialog, dan tetap konsisten dengan iman dan keyakinannya.
STUDI PRIBADI: Mengapa Ayub tetap konsisten dengan imannya dan tidak mudah putus asa walaupun dalam penderitaan?
Pokok Doa: Berdoalah bagi orang yang kita kenal, yang sedang mengalami kesulitan agar Tuhan menguatkannya sehingga dia tidak menjadi putus asa dan menjauh dari Tuhan.