Jahatnya Hati Manusia

Jumat, 10 April 2020

Bacaan hari ini: Lukas 23:1-25 | Bacaan setahun: Hakim-Hakim 13-14, Kisah Para Rasul 11



“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Markus 11:25)

Peribahasa berkata: “di luar bagai madu, di dalam bagai empedu”, yang artinya: kelihatan bagus di luar tapi sebenarnya tidak demikian halnya. Istilah ini cocok bagi para imam kepala dan ahli Taurat pada zaman Yesus. Sebagai pemimpin umat, seharusnya para imam kepala dan ahli Taurat memberi contoh yang baik: membela kebenaran dan membenci kejahatan. Tetapi nyatanya, terbalik! Karena kebenciannya kepada Yesus dan supaya Yesus dapat dihukum mati, mereka melakukan fitnah. Itulah sebabnya para imam kepala dan ahli Taurat membuat suatu skenario yakni menuduhkan tuduhan palsu kepada Yesus.

Ada 3 tuduhan mereka (ay. 2): (1) Yesus dituduh menyesatkan rakyat, (2) melarang membayar pajak kepada kaisar, (3) menyebut diri-Nya, Raja. Ketiga tuduhan ini sungguh mengada-ada dan tidak masuk akal. Jikalau Yesus memang benar telah menyesatkan rakyat maka seharusnya timbul kekacauan atau setidaknya ada pemberontakan. Tetapi hal ini tidak didapati oleh Pilatus. Itulah sebabnya Pilatus mengatakan bahwa ia tidak mendapati satu kesalahan pun dalam diri Yesus (ay. 4). Bahkan Herodes pun tidak mendapati kesalahan pada diri Yesus. Meski begitu, para imam kepala dan ahli Taurat tetap mendesak Pilatus supaya Yesus bisa dihukum mati. Inilah jahatnya hati manusia berdosa. Karena begitu bencinya kepada Yesus, mereka lebih memilih untuk membebaskan Barabas, seorang pemberontak dan terlibat pembunuhan (ay. 19), daripada membebaskan Yesus. Seharusnya para imam kepala dan ahli Taurat meminta hukuman mati buat Barabas karena dia adalah seorang penjahat yang pantas dihukum mati. Tetapi nyatanya, mereka lebih memilih membebaskan Barabas ketimbang Yesus karena membenci kepada Yesus.

Kita seharusnya sadar bahwa diri kita pun juga bisa sama seperti para imam kepala. Kebencian justru membuat kita melakukan ketidakbenaran. Maka dari itu kita perlu memohon kepada Tuhan agar menolong kita untuk dapat menghilangkan kebencian yang ada dalam hati kita.

STUDI PRIBADI : Selidikilah hati kita. Adakah kebencian? Jika ada, mohonlah agar Tuhan memampukan kita menghilangkan kebencian. Kita belajar melepaskan pengampunan kepada “musuh” kita dan belajar mengasihi mereka. Sulit, tetapi bukan berarti tidak bisa.

Pokok Doa : Berdoalah kepada Tuhan agar diberi kemampuan untuk dapat melepaskan pengampunan kepada “musuh” kita dan menghilangkan kebencian yang ada dalam hati kita. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *