Puasa

Sabtu, 09 November 2019

Bacaan hari ini: Zakharia 7 | Bacaan setahun: Pengkhotbah 9, Yeremia 31-32



“Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?” (Zec. 7:5 ITB)

Bacaan hari ini menampilkan bagaimana orang-orang Betel mengutus Sarezer dan Regem-Melekh serta orang-orangnya kepada para imam dan nabi untuk bertanya apakah mereka perlu berpuasa untuk melunakkan hati Tuhan (ayat 2-3). Namun jawaban Tuhan melalui Zakaria sungguh mengejutkan: Tuhan terlihat tidak berkenan atas puasa mereka, mengapa? Karena puasa yang mereka lakukan bukan ditujukan kepada Tuhan, tapi dirinya sendiri (ayat 5-6), sehingga Tuhan menjelaskan seperti apa yang dikehendaki-Nya dalam berpuasa, yaitu dengan melaksanakan hukum yang benar, hidup saling mengasihi dan setia kepada sesama, tidak menindas janda, anak-yatim, orang asing, dan orang-orang miskin, serta tidak merancangkan kejahatatan terhadap sesamanya (ayat 9-10). Namun kenyataannya yang mereka lakukan justru hal sebaliknya, itulah sebabnya Tuhan murka kepada mereka (bnd. Zec 7:13-14).

Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus dibawa oleh Roh untuk berelasi dengan Bapa-Nya melalui berpuasa (Mat. 4:1-11). Dalam gereja mula-mula, puasa adalah praktik yang jamak dilakukan oleh para pemimpin atau rasul-rasul, dan melalui puasa itu mereka menerima Firman untuk mengutus Barnabas dan Saulus pun menetapkan para penatua (Kis. 13:2- 3; 14:23). Puasa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, menyembah, dan mencari kehendak Allah. Karenanya Yesus mengajarkan agar setiap orang yang berpuasa bukan memamerkan kesalehan mereka, menunjukkan religiusitasnya, apalagi mencari pujian dan agar dilihat oleh banyak orang, tetapi lebih kepada relasi dengan Bapa yang melihat ketulusan hati (Mat. 6). Pada zaman Zakharia, orang Israel jatuh kepada ritualitas dan rutinitas belaka sehingga puasa mereka justru lebih terlihat sebagai kemunafikan (band. Yes. 58), karenanya puasa harus keluar dari kerelaan dan kerinduan untuk membangun keintiman dengan Tuhan. Apabila Yesus dan para rasul berpuasa, bukankah ini menjadi contoh yang baik untuk diteladani dan menolong pertumbuhan iman, kerohanian, dan kesalehan kita?

STUDI PRIBADI :
(1) Apakah berpuasa membawa Anda semakin dekat dan intim dengan Tuhan ?
(2) Bagaimana Firman Tuhan menyadarkan kita melakukan puasa yang benar ?

Berdoalah : Tuhan Yesus, tolong kami agar kami mengutamakan kehendak-Mu dan bukan kehendak kami di dalam menjalani kehidupan di dalam dunia ini sehingga hidup kami memuliakan nama-Mu.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *