12 Januari 2025

Ringkasan Khotbah
12 Januari 2025

Bahan Pertemuan Kelompok Kecil

ALAMI KASIH SETIA-NYA

Hosea 1 : 1-11

Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” akan dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Allah yang hidup.”

Hosea 1 : 10

Bayangkan seorang suami yang baru saja menemukan bukti perselingkuhan istrinya. Chat-chat mesra, foto-foto kencan tersembunyi, semua terungkap di smartphone yang tertinggal. Namun alih-alih mengajukan cerai, sang suami justru memilih untuk memberi kesempatan kedua. Dia berusaha membangun kembali kepercayaan dan memulihkan pernikahan mereka, meski hatinya remuk redam.

Di era digital ini, pengkhianatan/perselingkuhan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, salah satunya lewat media sosial, dan banyak lagi berbagai bentuk perselingkuhan yang bisa terjadi. Begitu juga dengan kita sebagai umat Tuhan, sering tanpa sadar “berselingkuh” dengan hal-hal duniawi yang menjauhkan kita dari-Nya. Bagian firman Tuhan kali ini, kita akan melihat bagaimana dalam kisah nabi Hosea, Allah mendemonstrasikan kasih setia-Nya yang tak tergoyahkan, bahkan ketika umat-Nya berpaling dari-Nya.

Pertama, Allah memilih untuk mengasihi (ay. 1-3). Seperti orang tua yang tetap mencintai anaknya meski sang anak berulang kali mengecewakan, demikianlah kasih Allah yang tak bersyarat kepada kita. Di zaman ketika Israel berada dalam kemakmuran di bawah raja Yerobeam II, justru kemerosotan moral terjadi dimana-mana. Allah memerintahkan sesuatu yang mengejutkan kepada Hosea – menikahi seorang perempuan sundal bernama Gomer binti Diblaim. Ini bukan sekadar perintah biasa, melainkan sebuah drama hidup yang Allah gunakan untuk menggambarkan kasih-Nya yang luar biasa.

Bayangkan reputasi Hosea sebagai nabi terhormat, namun ia taat. Seperti Hosea, Allah memilih untuk tetap mengasihi Israel meskipun mereka telah berulang kali mengkhianati-Nya dengan menyembah berhala. Sama halnya pilihan Allah untuk mengasihi kita bukanlah berdasarkan kelayakan kita, melainkan karena sifat-Nya yang penuh kasih. Bahkan ketika kita masih berdosa, Dia telah memilih untuk mengutus Yesus menjadi korban pendamaian bagi kita.

Kedua, Allah menyatakan konsekuensi dosa (ay. 4-9). Seperti dokter yang harus memberitahu diagnosis yang menyakitkan kepada pasiennya agar bisa mendapat pengobatan yang tepat. Melalui nama-nama anak Hosea, Allah menyampaikan pesan penghakiman. Yizreel mengingatkan akan penghakiman atas dinasti Yehu yang berdarah. Lo-Ruhama (“tidak dikasihani”) dan Lo-Ami (“bukan umat-Ku”) menyatakan putusnya hubungan kasih antara Allah dan Israel. Ini terjadi di masa ketika Israel mengalami kemakmuran ekonomi namun dibarengi kesenjangan sosial yang luar biasa. Mereka melakukan ritual keagamaan namun hati mereka jauh dari Allah. Implikasinya buat kita, di mana Tuhan menyatakan konsekuensi dosa bukan karena Dia ingin menghukum, tetapi karena Dia mengasihi. Seperti orang tua yang mendisiplinkan anaknya, Allah menunjukkan konsekuensi dosa agar bertobat dan kembali pada jalan yang benar.

Ketiga, Allah menjanjikan pemulihan (ay. 10-11). Seperti pelangi yang muncul setelah badai, janji pemulihan Allah selalu hadir setelah masa-masa gelap. Sesungguhnya kasih Allah tidak pernah berakhir dengan penghakiman. Di tengah situasi politik yang tidak stabil dan ancaman invasi Asyur, Allah memberikan janji pemulihan yang luar biasa. “Kamu ini bukanlah umat-Ku” akan menjadi “Anak-anak Allah yang hidup.” Inilah janji Allah yang akan mempersatukan kembali Israel dan Yehuda. Di sini kita menjumpai bahwa pemulihan Allah melampaui segala pengharapan kita. Dia tidak hanya memulihkan status kita sebagai umat-Nya, tetapi mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.

Kisah Hosea mengajarkan tiga dimensi kasih setia Allah yang luar biasa: Dia memilih untuk mengasihi tanpa syarat, Dia mendisiplin karena mengasihi, dan Dia menjanjikan pemulihan yang melampaui harapan kita. Sama seperti Hosea yang tetap setia pada Gomer, Allah tetap setia pada kita meski kita sering tidak setia. Bahkan melalui Yesus Kristus, Allah telah membuktikan kasih setia-Nya yang ultimate – mengangkat kita dari status ‘bukan umat-Ku’ menjadi ‘anak-anak Allah yang hidup.’ Pertanyaannya sekarang: bagaimana kita akan meresponi kasih setia yang besar ini?

  1. Bagaimana Anda melihat kasih setia Allah bekerja dalam hidup Anda selama ini?
  2. Apa tantangan terbesar dalam menjaga kesetiaan kepada Tuhan di era digital ini?
  3. Bagaimana kita bisa saling mendukung sebagai komunitas untuk tetap setia kepada Tuhan?
  1. Dalam hal apa anda sering “berselingkuh” dari Tuhan tanpa anda sadari?
  2. Bagaimana anda bisa meresponi kasih setia Tuhan yang besar?
Berdoalah bagi diri sendiri, keluarga, dan komunitas tempat anda bertumbuh, agar tetap menyadari dan mengalami kasih setia Tuhan, serta terus hidup dalam kasih setia Tuhan.
×

Hosea 1 : 1-3

1 Firman TUHAN yang datang kepada Hosea bin Beeri pada zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda, dan pada zaman Yerobeam bin Yoas, raja Israel.

2 Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN."

3 Maka pergilah ia dan mengawini Gomer binti Diblaim, lalu mengandunglah perempuan itu dan melahirkan baginya seorang anak laki-laki.

×

Hosea 1 : 4-9

4 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama Yizreel kepada anak itu, sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel.

5 Maka pada waktu itu Aku akan mematahkan busur panah Israel di lembah Yizreel."

6 Lalu perempuan itu mengandung lagi dan melahirkan seorang anak perempuan. Berfirmanlah TUHAN kepada Hosea: "Berilah nama Lo-Ruhama kepada anak itu, sebab Aku tidak akan menyayangi lagi kaum Israel, dan sama sekali tidak akan mengampuni mereka.

7 Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda."

8 Sesudah menyapih Lo-Ruhama, mengandunglah perempuan itu lagi dan melahirkan seorang anak laki-laki.

9 Lalu berfirmanlah Ia: "Berilah nama Lo-Ami kepada anak itu, sebab kamu ini bukanlah umat-Ku dan Aku ini bukanlah Allahmu."

×

Hosea 1 : 10-11

Janji tentang keselamatan

10 Tetapi kelak, jumlah orang Israel akan seperti pasir laut, yang tidak dapat ditakar dan tidak dapat dihitung. Dan di tempat di mana dikatakan kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," akan dikatakan kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup."

11 Orang Yehuda dan orang Israel akan berkumpul bersama-sama dan akan mengangkat bagi mereka satu pemimpin, lalu mereka akan menduduki negeri ini, sebab besar hari Yizreel itu.

×

Pengkhotbah 2 : 10-20

10 Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.

11 Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.

12 Lalu aku berpaling untuk meninjau hikmat, kebodohan dan kebebalan, sebab apa yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja? Hanya apa yang telah dilakukan orang.

13 Dan aku melihat bahwa hikmat melebihi kebodohan, seperti terang melebihi kegelapan.

14 Mata orang berhikmat ada di kepalanya, sedangkan orang yang bodoh berjalan dalam kegelapan, tetapi aku tahu juga bahwa nasib yang sama menimpa mereka semua.

15 Maka aku berkata dalam hati: "Nasib yang menimpa orang bodoh juga akan menimpa aku. Untuk apa aku ini dulu begitu berhikmat?" Lalu aku berkata dalam hati, bahwa inipun sia-sia.

16 Karena tidak ada kenang-kenangan yang kekal baik dari orang yang berhikmat, maupun dari orang yang bodoh, sebab pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan. Dan, ah, orang yang berhikmat mati juga seperti orang yang bodoh!

17 Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

18 Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.

19 Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh? Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat. Inipun sia-sia.

20 Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari.

×

Pengkhotbah 2 : 24-25

24 Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah.

25 Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?

×

1 Korintus 6 : 3b

3b Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.

×

1 Korintus 6 : 4

4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat?

×

1 Korintus 6 : 5

5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?

×

1 Korintus 6 : 7-8

7 Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan?

8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.

×

1 Petrus 2 : 19-21

19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.

21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

×

Matius 5 : 39-41

39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.

41 Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.

×

Roma 12 : 17

17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!

×

1 Korintus 6 : 8

8 Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu.

×

1 Korintus 6 : 9-11

9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,

10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

11 Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.

×

1 Korintus 6 : 10

10 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

×

1 Korintus 6 : 9

9 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,

×

1 Korintus 6 : 5-6

5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya?

6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?

Download Ringkasan Khotbah
Download Ringkasan Khotbah
Tutup Ringkasan Khotbah
Tutup Ringkasan Khotbah