Ringkasan Khotbah
17 Maret 2024
Bahan Pertemuan Kelompok Kecil
TERDAHULU MENJADI YANG TERAKHIR
Matius 20 : 1-16
Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur
1 “Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.
3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar.
4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.
5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.
6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?
7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.
9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.
11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,
12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.
13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”
Dalam perikop ini, Matius menambahkan perumpamaan yang menegaskan pengajaran di bagian sebelumnya. Dimana Yesus berinteraksi dengan seorang muda yang kaya tentang anugrah keselamatan dan juga kepada Petrus dan kesebelas murid tentang upah mengikut Dia.
Perumpamaan ini mengisahkan sang tuan yang mencari pekerjauntuk menggarap kebun anggurnya. Dia mencari dan menemukan pekerja di dalam lima waktu yang berbeda. Ada yang dari pagi-pagi sekali, kira-kira pukul sembilan pagi, pukul dua belas, pukul tiga petang, dan ada yang pukul lima petang. Pada masa itu, hari kerja seseorang ditentukan dari terbitnya matahari sampai terbitnya bintang. Dengan kata lain, para pekerja yang diterima paling awal adalah pekerja seharusnya mendapatkan upah paling besar. Mengapa? Karena mereka merupakan pekerja berkualitas. Jika ingin mendapatkan pekerja dengan kualitas baik maka para pemilik ladang sebaiknya pergi lebih pagi. Sebaliknya, semakin waktu menjelang siang, pekerja yang berkualitas akan semakin jarang ditemukan. Para pekerja yang ditemukan pukul lima petang sendiri mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang mau menyewa mereka (ay. 7). Mereka adalah kelompok yang tidak laku. Mereka kaum buangan yang tidak qualified. Memang mereka patut dikasihani, menunggu sepanjang hari tetapi tidak ada yang mau memakai tenaga mereka. Namun, sang tuan berbelas kasih mau menerima mereka meski hanya bekerja kurang lebih satu jam saja.
Kisah ini menjadi semakin menarik, ketika sang tuan memanggil mandornya untuk memberikan upah kepada setiap pekerja dengan dimulai dari yang terakhir bekerja. Bahkan sang tuan memberikan upah satu dinar bagi mereka. Upah untuk kerja satu hari penuh! Mereka hanya bekerja satu jam tetapi diperhitungkan upah sehari penuh. Para pekerja yang hanya satu jam bekerja jelas terkejut menerima upah satu hari penuh. Sedangkan mereka yang telah menyaksikan kemurahan hati sang tuan, lupa bahwa mereka telah membuat kesepakatan resmi dengannya. Mereka berharap bisa mendapat lebih. Alasannya jelas: mereka bekerja lebih lama dan lebih berjelih lelah sehingga layak dibayar lebih. Tetapi mereka keliru. Melihat peristiwa itu bersungut-sungutlah mereka kepada tuan itu. Matius memakai bentuk kata imperfek yang menunjukkan mereka terus bersungut-sungut. Padahal perjanjian di antara mereka adalah perjanjian yang adil, dan karena sang tuan sudah menepati perjanjian yang adil itu, maka ia tidak bisa dinilai tidak adil.
Para pekerja terdahulu gagal memahami konsep kasih karunia Allah. Mereka merasa kasih karunia ditentukan oleh penerima. Kenyataannya kasih karunia seharusnya ditentukan oleh pihak yang memberi. Dalam perumpamaan ini sang tuan memberikan respon kepada pekerja terdahulu, “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku?” hal ini tentu bertentangan dengan apa yang dipikirkan pekerja terdahulu. Fakta sang tuan bermurah hati kepada pekerja lain tidak memberikan hak apa-apa kepada mereka yang terdahulu untuk menuntut sesuatu daripadanya. Ketidakpuasan mereka dikarenakan iri hati, bukan karena hak mereka diabaikan. Sang tuan menyebut pekerja yang terdahulu memiliki mata yang jahat [LAI: iri hati]. Di Palestina abad pertama, mata bukan sekadar menunjuk pada organ tubuh yang berfungsi untuk melihat, tetapi ia memiliki makna yang mendalam (6:22-23). Mata yang jahat terkadang dikaitkan dengan keserakahan. Menurut Leon Morris, mereka yang bersungut-sungut tidak sedang memprotes kefasikan sang tuan rumah; mereka tidak protes karena upah yang telah disepakati ternyata dicurangi. Mereka memprotes kemurahan hati yang tulus dari sang tuan kepada orang lain. Inilah penyakit dari orang-orang yang masuk terlebih dahulu. Mereka merasa berhak, layak, dan sudah sepantasnya diperlakukan paling istimewa. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka di kebun itu adalah karena kemampuan mereka. Mereka lupa bahwa jika bukan sang tuan yang berinisiatif mencari dan menerima, mereka bukanlah siapa-siapa. Mereka telah menerima jauh lebih banyak dari yang layak mereka peroleh.
Lucunya perumpamaan ini dikatakan Yesus setelah pertanyaan Petrus yang merasa diri layak menuntut upah yang lebih besar (19:27). Kisah yang sama juga dialami oleh nabi Yunus yang marah kepada Allah karena menyelamatkan bangsa Niniwe. Petrus dan juga Yunus memiliki iri hati terhadap orang lain. Mereka merasa diri lebih layak daripada orang kaya yang tidak mau meninggalkan kekayaannya dan bangsa Niniwe yang begitu kejam. Namun perumpamaan ini mengajar kita bahwa di mata Allah kita semua adalah manusia celaka yang membutuhkan kasih karunia.
Markus 20 : 7
7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
Matius 6 : 22-23
22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Matius 19 : 27
27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
Lukas 9 : 48
48 dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar."
Matius 18 : 10
10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.
Lukas 18 : 15
15 Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
Matius 6 : 26
26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Matius 6 : 32
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Matius 6 : 33
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Roma 14 : 17
17 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Matius 6 : 34
34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
1 Korintus 12 : 11
11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.
- Bagikan pada anggota yang lain apa hal yang paling membekas bagi Anda dari kotbah hari Minggu kemarin (Ilustrasi? Poin kotbah? Suasana hati Anda? Dsb)? Mengapa?
- Apakah ada syarat dan ketentuan yang berlaku untuk mendapatkan kasih karunia Allah?
- Menurut Anda, mengapa seseorang dapat memiliki iri hati? Dan bagaimana mengatasinya?
- Doakan agar Allah memanggil dan mengutus pelayan-pelayan yang cinta dan takut akan Tuhan untuk menjadi aktivis dan majelis jemaat.
- Doakan agar ibadah peringatan kematian dan kebangkitan Yesus boleh berjalan dengan baik dan menjadi sarana pertumbuhan iman jemaat hidup berpengharapan dalam Kristus.