Sabtu, 3 Februari 2024
“Jawab orang itu, ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’” (Lukas 10:27, Tb2)
Pembahasan: Lukas 10:27 | Bacaan setahun: Lukas 10:25-37
Lukas 10 : 27
27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Lukas 10 : 25-37
Orang Samaria yang murah hati
25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
26 Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
28 Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”
29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”
30 Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
37 Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Dalam hiruk-pikuk kehidupan, kisah mengenai orang Samaria yang baik hati menyingkap kebenaran yang mendasar: belas kasihan sejati tak mengenal batas-batas manusia ciptaan Tuhan. Orang Samaria, di masa itu dipandang rendah oleh masyarakat, menjadi teladan akan kebaikan dan kepedulian. Ketika kita merenungkan perumpamaan ini, kita diajak untuk melampaui dinding-dinding pemisah yang sering kali memisahkan kita dari sesama. Belas kasihan sejati adalah ketika kita bisa melihat kebutuhan orang lain di balik segala perbedaan yang mungkin ada di antara kita. Orang Samaria mengajarkan bahwa kasih tanpa batas bukan hanya sekadar memberi, tetapi lebih dalam dari itu, memberi dengan hati yang tulus. Itu berarti melihat kesulitan orang lain bukan sebagai masalah “mereka,” melainkan bagian dari “kita.”
Pesan yang tersemat dalam kisah Orang Samaria ini bukan hanya mengundang pikiran, tetapi juga memanggil hati kita. Kita dipanggil untuk menjadi “orang Samaria” dalam kehidupan sehari-hari. Belajar membuka hati kepada setiap orang yang kita temui, menghargai nilai kemanusiaan mereka tanpa terpengaruh perbedaan. Perenungan atas “orang Samaria” ini harus menjadi cermin bagi setiap langkah kita. Melampaui perbedaan bukanlah hal yang mudah, namun di dalamnya terkandung keindahan kasih yang mendalam. Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Apakah saya sudah menjadi ‘orang Samaria yang baik hati’ bagi orang lain?”
Semoga renungan tentang “Orang Samaria” ini membuka mata dan hati kita untuk menjadi pembawa kasih Allah yang melampaui batas-batas yang terlihat di dunia ini. Semoga kita semua dapat mengalirkan cinta tanpa batas kepada sesama, menjadi titik cahaya dalam kehidupan yang terkadang kelam, dan membangun jaringan kasih yang merangkul semua orang tanpa terkecuali. Semoga Tuhan sumber kasih yang sejati terus memenuhi hati kita dengan kasih-Nya, sehingga kita dapat membagikan kasih itu kepada sesama kita.
STUDI PRIBADI: Bagaimana saya bisa menerapkan nilai-nilai “orang Samaria yang baik hati” dalam tindakan sehari-hari? Apakah ada langkah konkret yang bisa saya lakukan untuk membantu sesama tanpa pandang bulu?
Pokok Doa: Doakan agar setiap orang percaya dapat menunjukkan kasih dan kepeduliannya kepada sesamanya sebagaimana yang Yesus ajarkan.
Kejadian 26 : 12
12 Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.
Matius 13 : 20, 22, 23
20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Markus 10 : 15-16
15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Yakobus 4 : 7
7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Wahyu 7 : 17
17 Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."
1 Yohanes 4 : 10
10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
1 Yohanes 4 : 11
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.
1 Yohanes 4 : 12-17
12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.
14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.
16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
1 Yohanes 4 : 18
18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
1 Yohanes 4 : 20a
20a Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta,
1 Yohanes 4 : 20b
20b karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.