Selasa, 31 Oktober 2023
“Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.” (2 Korintus 11:30, TB)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 11:1-33 | Bacaan setahun: 2 Korintus 11
2 Korintus 10 : 1-11
1 Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku!
2 Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
3 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.
5 Tetapi menurut pendapatku sedikitpun aku tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu.
6 Jikalau aku kurang paham dalam hal berkata-kata, tidaklah demikian dalam hal pengetahuan; sebab kami telah menyatakannya kepada kamu pada segala waktu dan di dalam segala hal.
Paulus tidak mementingkan diri
7 Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma?
8 Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu!
9 Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorangpun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian.
10 Demi kebenaran Kristus di dalam diriku, aku tegaskan, bahwa kemegahanku itu tidak akan dirintangi oleh siapapun di daerah-daerah Akhaya.
11 Mengapa tidak? Apakah karena aku tidak mengasihi kamu? Allah mengetahuinya.
12 Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang mencari kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat dimegahkan.
13 Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus.
14 Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang.
15 Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.
16 Kuulangi lagi: jangan hendaknya ada orang yang menganggap aku bodoh. Dan jika kamu juga menganggap demikian, terimalah aku sebagai orang bodoh supaya akupun boleh bermegah sedikit.
17 Apa yang aku katakan, aku mengatakannya bukan sebagai seorang yang berkata menurut firman Tuhan, melainkan sebagai seorang bodoh yang berkeyakinan, bahwa ia boleh bermegah.
18 Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, aku mau bermegah juga.
19 Sebab kamu suka sabar terhadap orang bodoh, karena kamu begitu bijaksana:
20 karena kamu sabar, jika orang memperhambakan kamu, jika orang menghisap kamu, jika orang menguasai kamu, jika orang berlaku angkuh terhadap kamu, jika orang menampar kamu.
21 Dengan sangat malu aku harus mengakui, bahwa dalam hal semacam itu kami terlalu lemah. Tetapi jika orang-orang lain berani membanggakan sesuatu, maka akupun–aku berkata dalam kebodohan–berani juga!
22 Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham!
23 Apakah mereka pelayan Kristus? –aku berkata seperti orang gila–aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
24 Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,
25 tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
26 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.
27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,
28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.
29 Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?
30 Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.
31 Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta.
32 Di Damsyik wali negeri raja Aretas menyuruh mengawal kota orang-orang Damsyik untuk menangkap aku.
33 Tetapi dalam sebuah keranjang aku diturunkan dari sebuah tingkap ke luar tembok kota dan dengan demikian aku terluput dari tangannya.
Apakah yang akan kita lakukan jika disalahmengerti orang lain ketika melayani pekerjaan Tuhan? Mungkin kita akan segera melakukan klarifikasi dengan harapan agar kesalahpahaman bisa diluruskan dan pelayanan bisa dilanjutkan. Ini dilakukan agar bisa menjaga hubungan yang baik di antara rekan sepelayanan. Namun, ketika kita melayani dengan benar tetapi dihasut dan disudutkan bahwa pelayanan kita adalah tidak benar? Tentunya jauh lebih sulit, karena akan menguras energi dan pikiran kita, serta menguji kita sejauh mana penguasaan diri kita dalam mengendalikan emosi kita.Paulus pun demikian juga.
Pertama, Paulus berhadapan dengan guru-guru palsu yang mengajar Yesus yang lain, roh yang lain dan Injil yang lain. Ia sangat peduli dengan jemaat di Korintus, dan tidak ingin pikiran mereka disesatkan. Mengapa? Karena Jemaat Korintus mudah terseret oleh pengajaran palsu. Tindakan Paulus didasari cemburu Ilahi, untuk menjaga kesetiaan jemaat Korintus kepada Kristus. Kedua, memang Paulus dalam keadaan berkekurangan, tapi memutuskan tidak ingin membebani Jemaat di Korintus, walaupun ia berhak menerima dukungan finansial. Paulus memilih menerima bantuan dari jemaat lain. Inilah prinsipnya, “Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian” (ayat 8-9). Ketiga, Paulus rela melakukan apa saja demi Yesus yang ia kasihi dan layani. Ia pun menunjukkan bukti-bukti penderitaan yang telah dialami selama pelayanannya. Sederetan kesulitan, ancaman bahkan bahaya kematian ia sebutkan (2 Kor. 11:23-33). Hal ini terpaksa diutarakan Paulus, bukannya untuk menyombongkan diri, namun agar mereka tahu betapa Paulus mengasihi mereka dan tidak ingin mereka disesatkan oleh guru-guru palsu. Semuanya ia sampaikan untuk mengingatkan betapa ia mengharapkan jemaat menyadari Kristus dan dirinya mengasihi jemaat.
Sadarkah kita bahwa Kristus mengasihi kita bahkan rela menyerahkan segalanya bagi kita? Bersediakah kita mengikuti teladan Paulus mengasihi sesama kita, meski bisa disalahpahami?
STUDI PRIBADI: Mengapa Paulus mendaftarkan kesulitan, ancaman dan bahaya yang ia hadapi kepada jemaat Korintus ini? Apa dasarnya?
Pokok Doa: Berdoalah agar jemaat menyadari betapa Kristus mengasihi mereka dan bersedia untuk berkorban agar orang lain pun mengalami kasih Kristus, apapun resikonya.
2 Korintus 11 : 8-9
8 Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu!
9 Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorangpun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian.
2 Korintus 11 : 23-33
23 Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
24 Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,
25 tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut.
26 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.
27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,
28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.
29 Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita?
30 Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku.
31 Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta.
32 Di Damsyik wali negeri raja Aretas menyuruh mengawal kota orang-orang Damsyik untuk menangkap aku.
33 Tetapi dalam sebuah keranjang aku diturunkan dari sebuah tingkap ke luar tembok kota dan dengan demikian aku terluput dari tangannya.
2 Korintus 10 : 4-6
4 karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
6 dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna.
2 Korintus 10 : 8
8 Bahkan, jikalau aku agak berlebih-lebihan bermegah atas kuasa, yang dikaruniakan Tuhan kepada kami untuk membangun dan bukan untuk meruntuhkan kamu, maka dalam hal itu aku tidak akan mendapat malu.
2 Korintus 10 : 11
11 Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi, bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka.