22 Januari 2023

RINGKASAN KHOTBAH
22 JANUARI 2023

Bahan Pertemuan Kelompok Kecil

KAYA DALAM KEMURAHAN

II Korintus 8 : 1-2

Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

(II Korintus 8:1-2)

Pada hari ini bertepatan dengan perayaan Hari Raya Imlek, kami segenap Hamba Tuhan dan Majelis GKA Gloria mengucapkan “Xin Nian Guai Le – Xin Nian Meng En” (新 年 快 樂 – 新 年 蒙 恩). Yang artinya Selamat Tahun Baru, semoga penuh rahmat atau berkat Tuhan. Ucapan selamat tahun baru ini mungkin kedengarannya agak berbeda dengan yang biasanya sering kita dengar yaitu “Gong Xi Fa Cai” (恭 喜 发 财). Yang artinya Semoga menjadi kaya raya atau makmur. Tidak dipungkiri kalau menjadi kaya atau makmur dan banyak rejeki merupakan harapan kebanyakan orang Tionghoa di Tahun Baru Imlek. Sehingga tidak heran jika menjelang Hari Raya Imlek, banyak rumah orang Tionghoa yang dihiasi dengan tulisan 福 (Fu). Yang artinya rejeki atau kekayaan. Bahkan ada kepercayaan tulisan itu harus dibalik, supaya rejekinya datang. Kalau kita perhatikan, banyak pernak-pernik tahun baru Imlek mengandung makna atau nuansa kekayaan dan kemakmuran. Pernik-pernik Imlek didominasi oleh warna merah, yang menandakan kegembiraan. Ada hiasan angpao; asesoris buah nanas; buah jeruk; ikan dengan dewa kekayaan dan masih banyak lagi pernak-pernik lainya. Juga ada kepercayaan bahwa pada hari Raya Imlek, tidak boleh menyapu, karena rejekinya akan ikut tersapu. Dan masih banyak lagi pernak-pernik Imlek baik asesori maupun tradisi dalam merayakan Imlek yang berkaitan dengan rejeki atau kemakmuran. Karena keterbatasan waktu dan tempat, kita tidak bisa menjelaskan secara detail di sini.

Pendek kata, kekayaan atau kemakmuran menjadi keinginan utama bagi kebanyakan orang yang merayakan tahun baru Imlek, sehingga mereka berupaya untuk memperolehnya. Namun Firman Tuhan mengatakan “Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini.” (Amsal 24:4). Mengapa keinginan untuk kaya atau cinta uang harus ditinggalkan? Karena cinta uang dapat menghancurkan hidup manusia, seperti yang diperingatkan oleh Paulus dalam 1 Timotius 6:9-10 “Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” Jadi kekayaan itu belum tentu dapat memberikan kebahagiaan bagi manusia, bahkan bisa jadi sebaliknya mendatangkan kedukaan dan kekecewaan. Karena itu mari kita belajar dari jemaat Makedonia yang walaupun hidup dalam kekurangan atau kemiskinan, tetapi mereka kaya dalam kemurahan. Meskipun selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, tetapi mereka memiliki sukacita yang berlimpah. Berbeda dengan yang sering kita lihat, banyak orang yang kaya dan berlimpah tetapi mereka miskin dalam kemurahan. Meski hidup mereka berlimpah, tetapi tidak ada sukacita dalam hati mereka, karena hati mereka dipenuhi oleh kekuatiran dan ketakutan. Kaya secara materi tapi miskin secara rohani.

Hal ini bisa terjadi karena seperti yang dikatakan oleh Raja Salomo dalam kitab Pengkotbah 6:2, yaitu “orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tidak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.” Jadi, mereka boleh kaya raya dan tidak kekurangan suatu apapun tetapi kalau mereka tidak dikaruniai Allah kemampuan untuk menikmati apa gunanya. Itulah sebenarnya kekayaan tidak menjamin hidup seseorang akan bahagia atau sukacita, dan kemungkinan sebaliknya dukacita dan nestapa. Karena kebahagian hidup, atau hidup yang bermakna, bukan bergantung pada seberapa banyak yang kita miliki, tetapi seberapa banyak yang kita pakai atau kita salurkan. Ingat, janganlah menjadi “Laut Mati” tapi jadilah “Laut Galilea” bagi berkat Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan lebih berbahagia memberi daripada menerima. (Kis 20:35).

Mengapa orang yang semakin kaya tidak menjamin dia akan semakin murah hati. Malah justru yang sering kita lihat adalah, orang yang semakin kaya secara materi, tetapi rohaninya semakin miskin. Hal ini dapat terjadi pada orang yang tidak pernah merasa puas, walaupun dia seorang yang beribadah atau beragama. Seperti yang Paulus katakan dalam kitab 1 Timotius 6:6 “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar”. Dalam ayat ini Paulus menjelaskan bahwa seorang yang saleh atau beribadah (godliness), hendaklah juga punya rasa cukup (contentment), barulah ia akan mendapatkan hidupnya bermanfaat (great gain). Banyak orang sering tidak pernah puas dalam hidupnya, meski sudah memiliki banyak, tetapi masih selalu merasa kurang. Hal ini dikarenakan dalam hati setiap manusia ada ruang yang tidak dapat diisi oleh segala yang materi di dunia ini kecuali oleh Tuhan sendiri. Seperti yang dikatakan oleh seorang ilmuwan yang bernama B.Pascal “There is a God-shaped vacuum in every heart, and man is restless until is filled by Him”. Jadi ada “ruang kekekalan” yang tidak dapat dipuaskan dengan hal-hal materi karena materi tidak kekal. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Raja Salomo dalam Pengkotbah 3:11 “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

Sebagai kesimpulan dari semua yang telah dibicarakan dalam renungan firman Tuhan pada Tahun Baru Imlek ini, mari kita mengubah cara pandang kita bahwa hidup yang bahagia dan bermakna bukan bergantung pada kekayaan materi tetapi pada kaya dalam kemurahan. Sebagai anak-anak Tuhan hendaklah kita menjadi penatalayan (steward) dan bukan pemilik (owner) dari setiap talenta yang Tuhan percayakan kepada kita. Jadilah hamba yang setia dan baik dari setiap berkat atau kekayaan yang Tuhan percayakan kepada kita dengan menjadi kaya dalam kemurahan. Tuhan memberkati.

  1. Mengapa kekayaan menjadi keinginan dari kebanyakan orang?
  2. Apakah saudara setuju kalau kita jangan bersusah payah untuk ingin menjadi kaya? Tolong jelaskan alasannya.
  3. Benarkah kekayaan dan kemakmuran tidak selalu mendatangkan kebahagiaan? Bagaimana kita dapat hidup yang bahagia dan bermakna.

Setelah saudara memahami firman Tuhan pada hari ini, apakah cara pandang atau komitmen anda yang berubah dari sebelumnya?

  1. Doakan supaya setiap anak-anak Tuhan yang telah menerima Firman Tuhan ini dapat mempunyai cara pandang Alkitabiah yang baru, dengan bukan memusatkan hidupnya hanya kepada mengumpulkan kekayaan tetapi dapat belajar memuliakan Tuhan dengan harta yang mereka miliki.
  2. Berdoalah kiranya Tuhan terus memberikan kepada saudara hikmat untuk memakai setiap talenta yang Tuhan berikan kepada saudara.
Download Ringkasan Khotbah
Download Ringkasan Khotbah
Tutup Ringkasan Khotbah
Tutup Ringkasan Khotbah