Senin, 9 Januari 2023
“Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.” (Mazmur 131:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 131:1-3 | Bacaan setahun: Mazmur 131
Mazmur 131 : 1-3
Menyerah kepada TUHAN
1 Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
2 Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
3 Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!
Berbicara tentang kepuasan hidup manusia tentu tidak ada habisnya. Manusia seringkali ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dan lebih lagi. Dilansir dari survei Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pada tahun 2017, indeks kebahagiaan penduduk Indonesia ada di angka 70,69%. Tentu tidak ada kepuasan hidup yang sempurna, terutama dalam dunia dan keberdosaan setiap manusia. Sebaik apapun hal yang diberikan oleh dunia, pasti akan ada sesuatu hal yang membuat kita tidak bahagia. Lantas bagaimana dengan kehidupan rohani setiap kita? Apakah kita puas dengan karya Allah dalam hidup kita?
Pemazmur menyatakan dalam bagian ini, bahwa ia telah memiliki rasa aman dan tenang di dalam pengenalannya akan Tuhan. Kepuasan dalam Allah ini terpancar melalui sikap rendah hati yang dinyatakan pemazmur. Analogi seperti anak yang disapih memberitahukan tentang sikap anak yang dapat diatur dan diarahkan. Anak yang disapih pada umumnya akan mengalami kesulitan pada awalnya sebab ia ingin sekali menikmati air susu ibunya. Namun melalui penyesuaian, maka anak akan makan dengan cara yang baru dan berhenti untuk memberontak kepada ibunya. Seperti anak yang tunduk dan taat pada perintah ibunya, demikianlah dengan ketaatan pemazmur kepada Allah, yang menyatakan kepuasannya dalam Allah itu sendiri. Pemazmur menenangkan jiwanya dari segala keinginan dunia dan menguduskannya di hadapan Allah. Dengan demikian pemazmur merasa puas dan aman dalam anugerah Allah.
Bagaimana dengan setiap kita hari ini? Apakah kita masih terbelenggu dalam usaha kita untuk mengejar kepuasan dunia? Apakah kita masih merasa tidak cukup puas dengan kehidupan kita pada saat ini? Marilah kita sungguh-sungguh merendahkan diri sepenuhnya di hadapan Tuhan yang adalah Pemilik hidup kita. Kita belajar untuk puas di dalam Allah dan selalu mengarahkan hati dan pikiran kita untuk menyenangkan hati Tuhan di dalam kehidupan kita.
STUDI PRIBADI: Mengapa pemazmur cukup sering menggunakan analogi ibu dan anak dalam menggambarkan kehidupan pribadinya? Misalnya: seperti anak yang disapih, seperti anak dalam kandungan ibunya, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Pokok Doa: Marilah kita berdoa untuk hidup kita di hadapan Tuhan, agar Tuhan yang memberi kepuasan sejati di dalam Dia bagi hidup kita.