Minggu, 27 November 2022
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.” (Mazmur 62:2-3)
Bacaan hari ini: Mazmur 62:1-13 | Bacaan setahun: Mazmur 61-62
Mazmur 61
Doa untuk raja
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Dari Daud. (61-2) Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Allah, perhatikanlah doaku!
2 (61-3) Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku.
3 (61-4) Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh.
4 (61-5) Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu untuk selama-lamanya, biarlah aku berlindung dalam naungan sayap-Mu! Sela
5 (61-6) Sungguh, Engkau, ya Allah, telah mendengarkan nazarku, telah memenuhi permintaan orang-orang yang takut akan nama-Mu.
6 (61-7) Tambahilah umur raja, tahun-tahun hidupnya kiranya sampai turun-temurun;
7 (61-8) kiranya ia bersemayam di hadapan Allah selama-lamanya, titahkanlah kasih setia dan kebenaran menjaga dia.
8 (61-9) Maka aku hendak memazmurkan nama-Mu untuk selamanya, sedang aku membayar nazarku hari demi hari.
Mazmur 62 : 1-13
Perasaan tenang dekat Allah
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. (62-2) Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.
2 (62-3) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
3 (62-4) Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh?
4 (62-5) Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulutnya mereka memberkati, tetapi dalam hatinya mereka mengutuki. Sela
5 (62-6) Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.
6 (62-7) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
7 (62-8) Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.
8 (62-9) Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela
9 (62-10) Hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin.
10 (62-11) Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.
11 (62-12) Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya,
12 (62-13) dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Dunia menawarkan berbagai sumber ketenangan jiwa manusia, yaitu harta, kedudukan, koneksi, juga popularitas. Bila memiliki hal-hal tersebut, kita seakan-akan tidak perlu takut menghadapi masalah, seperti kesehatan, keuangan, dan keamanan.
Pemikiran di atas ternyata berbeda dengan pengalaman hidup dan keyakinan Daud. Mazmur 62 merupakan gubahan seorang yang sedang mengalami masalah serta ancaman. Sebenarnya, Daud adalah seorang pemberani yang tidak gampang mengalami ketegangan hidup. Daud tidak gentar melawan musuh-musuhnya di medan peperangan, melawan bangsa-bangsa yang tidak menghormati Allah. Namun berulang kali juga, Allah mengizinkan Daud mengalami ancaman musuh dan seakan-akan tidak ada lagi pertolongan baginya. Di tengah ketegangan hati, ia berseru: hanya dekat Allah saja aku tenang.
Apa yang diucapkan Daud ini bukanlah perkataan kosong belaka, tetapi hasil pengalaman hidupnya yang panjang bersama dengan Allah. Di dalam Mazmur 62 ini, ada satu kata Ibrani yang terus diulang yaitu ‘ak’ yang diterjemahkan: “hanya.” Di dalam teks kita digunakan 5 kali yang merujuk kepada Allah (ay. 2, 3, 6, 7) dan satu kali untuk manusia (ay. 10). Pemazmur sedang menekankan satu kebenaran bahwa Tuhan sebagai satu-satunya tumpuan kepercayaannya. Ia mengakui bahwa hanya kedekatan dengan Allah saja yang menjadi sumber ketenangan jiwanya, di tengah ketegangan hidup sekali pun.
Kebenaran yang perlu kita ingat: Tuhan adalah satu-satunya sumber ketenangan jiwa kita. Oleh karena itu, mendekatkan jiwa kita kepada-Nya adalah wujud nyata dari kepercayaan kita kepada Allah. C.S. Lewis dalam buku The Great Divorce menuliskan “ketika manusia semakin menjauh dari Allah, mereka menjadi semakin tidak realistis.” Di tengah kondisi hidup kita yang dikelilingi ketidakpastian, perubahan, dan tekanan, bagaimana sikap hati kita? Marilah kita mencari Allah, mendekatkan jiwa kita kepada-Nya. Itulah bukti keyakinan bahwa Allah adalah sumber ketenangan jiwa kita.
STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya sikap kita saat menghadapi ketegangan hidup? Apa yang bisa kita pelajari dari Mazmur ini?
Pokok Doa: Tuhan menolong kita, keluarga terdekat, jemaat Tuhan supaya memiliki sikap hati yang benar saat menghadapi ketegangan hidup di masa yang sulit ini. Kiranya Tuhan menjadi sumber ketenangan jiwa kita.