Rabu, 05 Oktober 2022
“Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?” (Ayub 17:3)
Bacaan hari ini: Ayub 17:1-16 | Bacaan tahunan: Ayub 17
Ayub 17 : 1-16
1 Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan.
2 Sesungguhnya, aku menjadi ejekan; mataku terpaksa menyaksikan tantangan mereka.
3 Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?
4 Karena hati mereka telah Kaukatupkan bagi pengertian; itulah sebabnya Engkau mencegah mereka untuk menang.
5 Barangsiapa mengadukan sahabatnya untuk mencari keuntungan, mata anak-anaknya akan menjadi rabun.
6 Aku telah dijadikan sindiran di antara bangsa-bangsa, dan aku menjadi orang yang diludahi mukanya.
7 Mataku menjadi kabur karena pedih hati, segala anggota tubuhku seperti bayang-bayang.
8 Orang-orang yang jujur tercengang karena hal itu, dan orang yang tidak bersalah naik pitam terhadap orang fasik.
9 Meskipun begitu orang yang benar tetap pada jalannya, dan orang yang bersih tangannya bertambah-tambah kuat.
10 Tetapi kamu sekalian, silakan datang kembali! Seorang yang mempunyai hikmat takkan kudapati di antara kamu!
11 Umurku telah lalu, telah gagal rencana-rencanaku, cita-citaku.
12 Malam hendak dijadikan mereka siang: terang segera muncul dari gelap, kata mereka.
13 Apabila aku mengharapkan dunia orang mati sebagai rumahku, menyediakan tempat tidurku di dalam kegelapan,
14 dan berkata kepada liang kubur: Engkau ayahku, kepada berenga: Ibuku dan saudara perempuanku,
15 maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?
16 Keduanya akan tenggelam ke dasar dunia orang mati, apabila kami bersama-sama turun ke dalam debu.”
Jika seseorang mengalami penderitaan beruntun, dia kehilangan harta benda dan anak-anaknya di waktu bersamaan, terlihat manusiawi jika dia patah arang dan berhenti berharap kepada Tuhan. Terlihat wajar jika dia akhirnya berakhir meratapi dirinya. Pergumulan yang sama terjadi pada Ayub; penderitaan yang Ayub alami membuat matanya kabur karena pedih hati, seluruh tubuhnya menjadi lemah, kelihatannya hidup Ayub akan berakhir dalam kegelapan. Sepertinya, Ayub siap dengan kematiannya. Ini terlihat dari seruannya, bahwa umurnya telah habis dan tersedia baginya kuburan. Akan tetapi, Ayub tahu bahwa dia tidak boleh putus asa, dia yakin hanya Tuhan sajalah yang bisa menjadi jaminan baginya.
Dalam penderitaan Ayub, cercaan sahabat-sahabatnya terdengar mendukung namun menghakimi, namun Ayub yakin semuanya ada dalam kedaulatan Tuhan dan semuanya dapat berakhir hanya karena kedaulatan Tuhan juga. Dengan iman ia berkata, “Biarlah Engkau menjadi jaminanku, bagi-Mu sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?” (ay. 3). Dengan iman, Ayub mengakui bahwa Tuhan sendiri akan menggandeng tangannya, menjadi Pemimpinnya. Tuhan sebagai Pemberi Hukum yang adil, bertanggung jawab atas manusia ciptaan-Nya. Ayub yakin, dia tidaklah sendirian menghadapi tuduhan orang sekitar dan mustahil menemukan pertolongan di tempat lain, selain dalam Tuhan. Tuhan sendiri akan menjadi pendukung orang yang mempercayakan hidupnya kepada-Nya.
Menjadi orang Kristen, pengikut Kristus yang sejati, tidak membuat kita imun terhadap penderitaan hidup. Kita pasti akan atau mungkin sedang menghadapi penderitaan dan pergumulan yang membuat kita menyerah. Ingatlah, bahwa ada Tuhan yang menjadi jaminan masa depan kita. Tidak ada satupun yang bisa kita andalkan di dunia ini ketika dalam masa sulit. Keluarga bisa saja meninggalkan kita, teman dan sahabat bisa berbalik menghakimi kita, tetapi Tuhan akan tetap setia bersama-sama dengan kita. Libatkan Tuhan, selalu percaya dan bersandarlah kepada-Nya, Dia akan membela perkaramu.
STUDI PRIBADI: Apakah yang harus kita lakukan ketika kita menghadapi penderitaan dan pergumulan? Mengapa Ayub mengatakan bahwa Tuhan adalah jaminan-Nya?
Pokok Doa: Berdoalah supaya pada saat kita menghadapi pergumulan, kita bisa datang kepada Tuhan dan menyerahkan semua persoalan kita kepada-Nya, dan tetap setia menantikan jawaban Tuhan atas kita.