Minggu, 02 Oktober 2022
“Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.” (Ayub 12:13)
Bacaan hari ini: Ayub 12:1-25 | Bacaan tahunan: Ayub 12
Ayub 12 : 1-25
Ayub mengakui kekuasaan dan hikmat Allah
1 Tetapi Ayub menjawab:
2 “Memang, kamulah orang-orang itu, dan bersama-sama kamu hikmat akan mati.
3 Akupun mempunyai pengertian, sama seperti kamu, aku tidak kalah dengan kamu; siapa tidak tahu hal-hal serupa itu?
4 Aku menjadi tertawaan sesamaku, aku, yang mendapat jawaban dari Allah, bila aku berseru kepada-Nya; orang yang benar dan saleh menjadi tertawaan.
5 Penghinaan bagi orang yang celaka, –demikianlah pendapat orang yang hidup aman–suatu pukulan bagi orang yang tergelincir kakinya.
6 Tetapi amanlah kemah para perusak, dan tenteramlah mereka yang membangkitkan murka Allah, mereka yang hendak membawa Allah dalam tangannya.
7 Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.
8 Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu.
9 Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu;
10 bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?
11 Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan?
12 Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya.
13 Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.
14 Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun kembali; bila Ia menangkap seseorang, tidak ada yang dapat melepaskannya.
15 Bila Ia membendung air, keringlah semuanya; bila Ia melepaskannya mengalir, maka tanah dilandanya.
16 Pada Dialah kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan.
17 Dia yang menggiring menteri dengan telanjang, dan para hakim dibodohkan-Nya.
18 Dia membuka belenggu yang dikenakan oleh raja-raja dan mengikat pinggang mereka dengan tali pengikat.
19 Dia yang menggiring dan menggeledah para imam, dan menggulingkan yang kokoh.
20 Dia yang membungkamkan orang-orang yang dipercaya, menjadikan para tua-tua hilang akal.
21 Dia yang mendatangkan penghinaan kepada para pemuka, dan melepaskan ikat pinggang orang kuat.
22 Dia yang menyingkapkan rahasia kegelapan, dan mendatangkan kelam pekat pada terang.
23 Dia yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan memperbanyak bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka.
24 Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya.
25 Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk.”
Ketiga teman Ayub bicara seolah-olah penuh hikmat dan pengertian. Mereka memaparkan tentang siapa Allah, menasihatinya: jika Ayub ingin dipulihkan maka ia harus mengakui segala dosanya. Nasihat dan tuduhan teman-temannya ini tidak menjawab pertanyaan yang muncul dalam pikiran Ayub, bahkan membuat Ayub kesal dengan teman-temannya karena ia pun mengerti apa yang mereka katakan (ay. 3) namun ia merasa hidupnya benar. Sementara itu beredar pula anggapan bahwa hikmat dan pengertian ada pada orang yang sudah lanjut umurnya (ay. 12).
Di tengah kebingungannya, Ayub tetap percaya bahwa Allah lah yang memiliki hikmat, kekuatan, pertimbangan dan pengertian yang sempurna. Hikmat, pertimbangan, pengertian yang manusia miliki sangatlah terbatas dan bisa salah, termasuk juga dalam memandang penderitaan yang Ayub alami. Manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, juga tidak semua maksud Allah bisa dirumuskan dengan satu rumusan. Ada hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran dan pengertian manusia yang terbatas. Lalu, apa artinya jika kita mengaminkan pernyataan Ayub bahwa pada Allah lah hikmat, kekuatan, pertimbangan dan pengertian? Artinya adalah, kita percaya bahwa apa yang Allah lakukan dan izinkan terjadi dalam hidup kita, tidak mungkin salah. Allah tidak akan membiarkan kita, Allah pasti memberi kekuatan dan pertolongan jika kita mendekat pada-Nya. Pasti ada maksud baik yang Allah peruntukan bagi kita. Kapan kita tahu maksud baik Allah? Tidak seorangpun yang tahu dengan pasti. Bisa jadi tergantung kedekatan, kepekaan, ketundukan kita kepada Allah, dan tentunya juga tergantung kehendak Allah. Biasanya yang menjadi fokus kita adalah ingin segera tahu “mengapa” dan “apa maksud Allah.”
Belajar dari pengalaman Ayub, kita tidak berhak mengatur Allah untuk menjawab sesegera yang kita inginkan. Marilah kita berfokus pada bagian kita, tetap introspeksi diri dan menghadapi setiap pergumulan kita dengan percaya pada hikmat Allah yang tidak mungkin salah, meskipun kita belum memahami “mengapa” dan “apa maksud Allah” atas semua yang terjadi.
STUDI PRIBADI: Apakah yang menjadi kesulitan kita ketika mengaplikasikan iman kepada Tuhan dalam menghadapi pergumulan dan penderitaan?
Pokok Doa: Berdoa untuk setiap anak Tuhan semakin mengenal Allah yang sempurna, dan makin teguh beriman kepada Allah di dalam situasi apapun.