Kamis, 29 September 2022
“Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran?” (Ayub 8:3)
Bacaan hari ini: Ayub 8:1-22 | Bacaan setahun: Ayub 7-8
Ayub 8 : 1-22
Bildad membela keadilan hukuman Allah
1 Maka berbicaralah Bildad, orang Suah:
2 “Berapa lamakah lagi engkau akan berbicara begitu, dan perkataan mulutmu seperti angin yang menderu?
3 Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran?
4 Jikalau anak-anakmu telah berbuat dosa terhadap Dia, maka Ia telah membiarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka.
5 Tetapi engkau, kalau engkau mencari Allah, dan memohon belas kasihan dari Yang Mahakuasa,
6 kalau engkau bersih dan jujur, maka tentu Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu.
7 Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia.
8 Bertanya-tanyalah tentang orang-orang zaman dahulu, dan perhatikanlah apa yang diselidiki para nenek moyang.
9 Sebab kita, anak-anak kemarin, tidak mengetahui apa-apa; karena hari-hari kita seperti bayang-bayang di bumi.
10 Bukankah mereka yang harus mengajari engkau dan yang harus berbicara kepadamu, dan melahirkan kata-kata dari akal budi mereka?
11 Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau tidak di rawa, atau mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air?
12 Sementara dalam pertumbuhan, sebelum waktunya disabit, layulah ia lebih dahulu dari pada rumput lain.
13 Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik,
14 yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba.
15 Ia bersandar pada rumahnya, tetapi rumahnya itu tidak tetap tegak, ia menjadikannya tempat berpegang, tetapi rumah itu tidak tahan.
16 Ia seperti tumbuh-tumbuhan yang masih segar di panas matahari, sulurnya menjulur di seluruh taman.
17 Akar-akarnya membelit timbunan batu, menyusup ke dalam sela-sela batu itu.
18 Tetapi bila ia dicabut dari tempatnya, maka tempatnya itu tidak mengakuinya lagi, katanya: Belum pernah aku melihat engkau!
19 Demikianlah kesukaan hidupnya, dan tumbuh-tumbuhan lain timbul dari tanah.
20 Ketahuilah, Allah tidak menolak orang yang saleh, dan Ia tidak memegang tangan orang yang berbuat jahat.
21 Ia masih akan membuat mulutmu tertawa dan bibirmu bersorak-sorak.
22 Pembencimu akan terselubung dengan malu, dan kemah orang fasik akan tidak ada lagi.”
Ayub 7
Hidup itu berat
1 “Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan?
2 Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya,
3 demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan.
4 Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari.
5 Berenga dan abu menutupi tubuhku, kulitku menjadi keras, lalu pecah.
6 Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan.
7 Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik.
8 Orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi, sementara Engkau memandang aku, aku tidak ada lagi.
9 Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali.
10 Ia tidak lagi kembali ke rumahnya, dan tidak dikenal lagi oleh tempat tinggalnya.
11 Oleh sebab itu akupun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku.
12 Apakah aku ini laut atau naga, sehingga Engkau menempatkan penjaga terhadap aku?
13 Apabila aku berpikir: Tempat tidurku akan memberi aku penghiburan, dan tempat pembaringanku akan meringankan keluh kesahku,
14 maka Engkau mengagetkan aku dengan impian dan mengejutkan aku dengan khayal,
15 sehingga aku lebih suka dicekik dan mati dari pada menanggung kesusahanku.
16 Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja.
17 Apakah gerangan manusia, sehingga dia Kauanggap agung, dan Kauperhatikan,
18 dan Kaudatangi setiap pagi, dan Kauuji setiap saat?
19 Bilakah Engkau mengalihkan pandangan-Mu dari padaku, dan membiarkan aku, sehingga aku sempat menelan ludahku?
20 Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau, ya Penjaga manusia? Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku?
21 Dan mengapa Engkau tidak mengampuni pelanggaranku, dan tidak menghapuskan kesalahanku? Karena sekarang aku terbaring dalam debu, lalu Engkau akan mencari aku, tetapi aku tidak akan ada lagi.”
Ayub 8
Bildad membela keadilan hukuman Allah
1 Maka berbicaralah Bildad, orang Suah:
2 “Berapa lamakah lagi engkau akan berbicara begitu, dan perkataan mulutmu seperti angin yang menderu?
3 Masakan Allah membengkokkan keadilan? Masakan Yang Mahakuasa membengkokkan kebenaran?
4 Jikalau anak-anakmu telah berbuat dosa terhadap Dia, maka Ia telah membiarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka.
5 Tetapi engkau, kalau engkau mencari Allah, dan memohon belas kasihan dari Yang Mahakuasa,
6 kalau engkau bersih dan jujur, maka tentu Ia akan bangkit demi engkau dan Ia akan memulihkan rumah yang adalah hakmu.
7 Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia.
8 Bertanya-tanyalah tentang orang-orang zaman dahulu, dan perhatikanlah apa yang diselidiki para nenek moyang.
9 Sebab kita, anak-anak kemarin, tidak mengetahui apa-apa; karena hari-hari kita seperti bayang-bayang di bumi.
10 Bukankah mereka yang harus mengajari engkau dan yang harus berbicara kepadamu, dan melahirkan kata-kata dari akal budi mereka?
11 Dapatkah pandan bertumbuh tinggi, kalau tidak di rawa, atau mensiang bertumbuh subur, kalau tidak di air?
12 Sementara dalam pertumbuhan, sebelum waktunya disabit, layulah ia lebih dahulu dari pada rumput lain.
13 Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah harapan orang fasik,
14 yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba.
15 Ia bersandar pada rumahnya, tetapi rumahnya itu tidak tetap tegak, ia menjadikannya tempat berpegang, tetapi rumah itu tidak tahan.
16 Ia seperti tumbuh-tumbuhan yang masih segar di panas matahari, sulurnya menjulur di seluruh taman.
17 Akar-akarnya membelit timbunan batu, menyusup ke dalam sela-sela batu itu.
18 Tetapi bila ia dicabut dari tempatnya, maka tempatnya itu tidak mengakuinya lagi, katanya: Belum pernah aku melihat engkau!
19 Demikianlah kesukaan hidupnya, dan tumbuh-tumbuhan lain timbul dari tanah.
20 Ketahuilah, Allah tidak menolak orang yang saleh, dan Ia tidak memegang tangan orang yang berbuat jahat.
21 Ia masih akan membuat mulutmu tertawa dan bibirmu bersorak-sorak.
22 Pembencimu akan terselubung dengan malu, dan kemah orang fasik akan tidak ada lagi.”
“Masakan Allah mempermainkan keadilan dan kebenaran?” Tentu tidak! Allah adalah Allah yang adil dan benar maka bagaimana mungkin Dia membengkokkan keadilan dan kebenaran. Namun ketika Bildad mencoba untuk mengaitkan pemahaman ini kepada hidup Ayub, maka ditemui ketidaktepatan sehingga yang terjadi adalah penghakiman bagi Ayub. Ayub dinilai sedang berbuat dosa sehingga itulah sebabnya Allah sedang menunjukkan keadilan dan kebenaran-Nya melalui penderitaan Ayub. Maka Bildad meminta agar Ayub bertobat sehingga Allah akan memulihkan hidupnya (ay. 5-7). Tapi apakah itu yang benar terjadi? Dari pasal 1 dan 2, kita tahu Ayub adalah pribadi yang saleh dan jujur di hadapan Allah (Ayub 1:8; 2:3). Penderitaan Ayub berasal dari Iblis dengan seizin Tuhan. Sebenarnya Ayub tidaklah seperti yang dituduhkan Bildad.
Ada hal penting dari bacaan hari ini. Pertama, janganlah kita begitu mudah menghakimi saudara seiman yang sedang dalam kesulitan bahwa dia sedang berdosa kepada Allah. Tidak semua kesulitan hidup disebabkan oleh penghukuman Allah. Bagi Ayub, kesulitan itu berasal dari Iblis yang ingin menjatuhkan Ayub. Penyebab lainnya, bisa karena kesalahan kita sendiri atau perbuatan orang lain kepada kita. Pelajaran yang kedua adalah kita perlu berhati-hati agar jangan salah berpikir dan berkata tentang Allah terutama ketika berada dalam kesulitan. Walaupun Bildad salah menilai kondisi kehidupan Ayub, tapi dia mengingatkan agar Ayub jangan sampai terlalu berani berkata-kata di hadapan Allah (ay. 1), seakan-akan Allah berbuat yang tidak adil dan mempermainkan hidup kita. Kita bisa membawa keluh kesah kita kepada Tuhan dalam kesulitan, tapi kita harus berhati-hati agar jangan sampai keluh kesah kita itu berubah menjadi kata-kata yang menyerang Allah dan akhirnya meninggalkan Dia. Kita perlu belajar dari pemazmur, yang walaupun meratap kepada Tuhan dalam kesulitan kehidupannya, namun dia tidak membiarkan imannya goyah dan tetap menjaga sikap hatinya di hadapan Tuhan. Dia tetap menaruh harap dan menantikan Allah berkarya menyatakan kehendak-Nya.
STUDI PRIBADI: Apa yang bisa kita lakukan agar jangan sampai keluh-kesah kita kepada Tuhan berubah menjadi celaan dan amarah penuh kekecewaan kepada Tuhan?
Pokok Doa: Berdoalah untuk setiap kita agar penuh belas kasihan sehingga kita tidak salah bersikap ketika berhadapan dengan saudara seiman yang sedang dalam kesulitan.