Pertobatan Yang Dalam

Senin, 20 Juni 2022

“Lalu berkatalah Daud kepada Natan: Aku sudah berdosa kepada TUHAN.” (2 Samuel 12:13a)

Bacaan hari ini: 2 Samuel 12:1-25 | Bacaan setahun: 2 Samuel 12

Alkitab mencatat dua kisah perzinahan dengan dua respons berbeda. Kisah perzinahan pertama adalah Daud dan Batsyeba. Menyadari perzinahannya menyebabkan Batsyeba hamil, Daud merancangkan rencana agar kejahatannya tidak diketahui. Ia mengatur agar Uria pulang ke rumahnya, supaya kehamilan Batsyeba seolah-olah disebabkan oleh Uria sendiri. Akan tetapi, manipulasi ini gagal sehingga Daud harus merancang rencana yang lebih kejam, yakni membunuh Uria dalam peperangan.

Jelas, dosa Daud bukan hanya perzinahan. Dosa ini bekerjasama dengan manipulasi dan bahkan pembunuhan. Ini adalah dosa yang serius. Daud selayaknya mendapatkan hukuman mati. Meski demikian, apa yang membuat Daud istimewa di mata Tuhan ialah pertobatannya. Ketika Tuhan menegurnya, ia bukan berkelit dan membela diri, tetapi dengan rendah hati bertobat dan mengakui bahwa ia sudah berdosa kepada Tuhan.

Kisah Daud ini kontras dengan kisah tokoh lain dalam Perjanjian Baru, yakni Herodes Antipas (Matius 14:1-12 dan paralel). Kitab Injil mencatat ia telah menikahi Herodias, istri saudara tirinya, Filipus. Tindakan ini salah, sebab Perjanjian Lama jelas-jelas melarang seseorang mengambil istri saudaranya (bnd. Im. 18:16; 20:21). Menariknya, bentuk kata kerja di Matius 14:4, menyiratkan bahwa Yohanes Pembaptis sebenarnya sudah berkali-kali mengingatkan Herodes mengenai dosanya. Ini berbeda dengan Natan, yang hanya perlu sekali saja memperingatkan Daud. Bukan hanya itu, respons Herodes juga berbeda jauh dengan Daud. Bukannya bertobat, ia malah memenjarakan Yohanes yang terus memperingatkannya.

Pertanyaannya, sikap siapakah yang akan kita teladani? Apakah kita mau belajar menerima koreksi dengan rendah hati dan berubah? Ataukah, kita justru merasa tersinggung dan berusaha menyerang balik orang yang mengoreksi kita? Ketika dosa dan kesalahan kita dikoreksi, memang tidak akan terasa nyaman, tapi di situlah kita ditolong makin dewasa dan berbuah. Ya, masalahnya memang bukan seberapa besar dosa kita, tetapi seberapa dalam kita mau bertobat dari dosa yang kita lakukan.

STUDI PRIBADI: Bagaimana Anda membangun sikap rendah hati dalam menerima koreksi dari orang lain?

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap orang Kristen memiliki kerendahan hati dalam menerima masukan dari orang lain sehingga terus bertumbuh lebih indah di mata Tuhan. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *