Peperangan Melawan Bani Amon & Aram

Minggu, 19 Juni 2022

“Apakah menurut anggapanmu Daud hendak menghormati ayahmu... menyampaikan pesan turut berdukacita? Bukankah dengan maksud untuk menyelidik kota ini, untuk mengintainya dan menghancurkannya maka Daud mengutus...” (2 Samuel 10:3)

Bacaan hari ini: 2 Samuel 10 | Bacaan setahun: 2 Samuel 10-11

Kadang kita mendapati niat baik kita disalah-pahami orang lain. Itulah yang terjadi dengan relasi yang diupayakan Daud dengan Hanun bin Nahas, raja Amon. Sesudah Nahas, ayah Hanun, meninggal, Daud berusaha menjalin persahabatan dengan cara mengutus beberapa orang kepercayaannya menghadap Hanun yang baru saja naik takhta.

Sayangnya, niat baik Daud disalah-pahami Para penasihat raja secara gegabah mengartikan kedatangan orang-orang Daud sebagai ancaman. Mereka mengatakan: Daud bermaksud buruk dan tersembunyi. Gawatnya, Hanun percaya kepada perkataan mereka, sehingga ia mempermalukan para utusan tersebut. Hanun mencukur setengah dari jenggot mereka, dan pakaian mereka pun dipotong hingga menyingkap bagian tubuh yang tak pantas terlihat. Tindakan itu, selain mempermalukan para utusan Daud, secara tidak langsung juga menghina Daud dan bangsa Israel. Kaum laki-laki Israel membiarkan janggutnya memenuhi dagu dan rahangnya untuk membedakan statusnya dengan para budak. Yang berdagu licin (tidak berjanggut) adalah kaum budak. Ini berarti, Hanun bukan hanya menolak tawaran persahabatan Daud, tetapi juga merendahkan derajat umat Israel setara budak. Bukan hanya itu, Hanun juga menyewa pasukan Aram untuk memerangi Daud, karena sudah berprasangka Daud akan menyerangnya. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Daud di bawah pimpinan Yoab, panglima Israel, mengalahkan mereka. Kekalahan itu juga berakibat, bangsa Aram tidak mau lagi membantu bangsa Amon.

Peperangan tersebut diawali oleh kecurigaan Hanun yang berlebihan, sehingga menuai masalah besar. Ia harus berhadapan dengan Daud di medan perang. Ia menolak uluran tangan persahabatan raja Daud. Sebuah relasi yang seharusnya terjalin dengan baik, berujung kepada peperangan. Curiga bukanlah kesalahan. Kita kadang curiga karena belum mengenal. Tapi, hal itu perlu diselesaikan dengan cara membangun komunikasi yang baik dan terbuka. Mengambil kesimpulan bahkan bertindak dengan hanya berdasarkan kecurigaan, akan berakhir kepada kehancuran.

STUDI PRIBADI: Bagaimana mengatasi sebuah perasaan yang curiga kepada sesama? Pelajaran rohani apakah yang dapat kita ambil dari bagian ini?

Pokok Doa: Berdoalah bagi umat Tuhan, agar berusaha dan senantiasa tetap menjaga relasi antara sesamanya sebagaimana yang dikehendaki Tuhan melalui firman-Nya yang hidup. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *