Senin, 3 Januari 2022
Bacaan hari ini: Kejadian 4 | Bacaan tahunan: Kejadian 4
“Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej. 4:6-7)
Kejadian 4
Kain dan Habel
1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.”
2 Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.
3 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
4 Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
6 Firman TUHAN kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.”
8 Kata Kain kepada Habel, adiknya: “Marilah kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.
9 Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu?” Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?”
10 Firman-Nya: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.
11 Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu.
12 Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.”
13 Kata Kain kepada TUHAN: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung.
14 Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.”
15 Firman TUHAN kepadanya: “Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.” Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia.
16 Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.
Keturunan Kain, Set dan Enos
17 Kain bersetubuh dengan isterinya dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Henokh; kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya.
18 Bagi Henokh lahirlah Irad, dan Irad itu memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael memperanakkan Metusael, dan Metusael memperanakkan Lamekh.
19 Lamekh mengambil isteri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain Zila.
20 Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam dalam kemah dan memelihara ternak.
21 Nama adiknya ialah Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling.
22 Zila juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi. Adik perempuan Tubal-Kain ialah Naama.
23 Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: “Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak;
24 sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat.”
25 Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: “Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel; sebab Kain telah membunuhnya.”
26 Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.
Sebagai manusia berdosa, kita perlu akui bahwa iri hati merupakan dosa yang sering kita lakukan. Tanpa berusaha menggeneralisasi, setiap orang umumnya pernah merasakan iri hati meski dalam kadar yang berbeda-beda. Bahkan, seorang anak balita pun dapat iri hati ketika ia diperlakukan beda dengan saudaranya. Oleh sebab itu, berulang kali firman Tuhan mengingatkan kita, anak Tuhan, bahaya iri hati. Iri hati merusak diri sendiri dan juga hubungan dengan sesama maupun dengan Allah.
Kisah Kain dan Habel pada awal kitab Kejadian pun berusaha mengajarkan pesan serupa. Konflik terjadi ketika persembahan Habel lebih diterima oleh Allah daripada persembahan Kain (ay. 4-5). Meski Alkitab tidak mengungkapkan dengan jelas alasan yang ada di baliknya, Ibrani 11:4 menjelaskan bahwa iman Habel diperhitungkan Allah berkaitan dengan hal ini. Berbeda dengan pengamatan manusia, Allah melihat kondisi hati dan motivasi manusia (1 Sam. 16:7). Kondisi ini juga terlihat pada reaksi Kain. Dalam situasi inilah, Allah sekali lagi berintervensi dengan menegur sikap hati Kain yang dikuasai oleh rasa iri hati dan amarah. Pada akhirnya, Kain pun mengabaikan teguran tersebut dan membunuh Habel, adiknya sendiri.
Berkaca dari sikap Kain ini, sebagai manusia berdosa, setiap kita tentu akan sulit menerima dan jengkel ketika hal serupa terjadi. Sebagai umat percaya, kita pun juga yakin bahwa Roh Kudus akan terus mengingatkan kita sebuah pesan yang sama: “Anakku, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:7). Permasalahannya adalah bagaimana kita meresponi teguran-Nya saat itu. Biarlah kita terus berjuang dan bergumul untuk terus peka pada teguran Roh Kudus melalui kebenaran firman-Nya. Kisah ini diakhiri dengan sebuah anugerah Allah yang indah. Kegagalan Kain meredam amarahnya tidak menjadi alasan bagi Allah untuk tetap mengasihinya. Begitu pula dengan setiap kita yang masih bergumul akan hal ini. Biarlah kasih anugerah Allah lah yang membuat kita terus bersandar kepada-Nya
dalam menjalani hari-hari kita.
STUDI PRIBADI: Bagaimana anugerah Allah yang besar dan tiada henti, menolong Saudara untuk meresponi teguran Roh Kudus saat iri hati berusaha menguasai diri Anda?
Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan memampukan setiap anak Tuhan agar dapat mengendalikan diri pada saat iri hati dan amarah mulai menguasai hati dan pikiran mereka.