Belajar Mencukupkan Diri

Selasa, 23 Februari 2021

Bacaan hari ini: Ibrani 13:1-16 | Bacaan setahun: Bilangan 7-8, Lukas 10



“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’” (Ibrani 13:5)

Pasal terakhir surat Kitab Ibrani mengulas tentang berbagai macam nasihat. Salah satunya yang menjadi penekanan penting dari pasal 13 ini adalah tentang belajar mencukupkan diri. Ada contoh konkrit dalam Alkitab, tercatat di dalam Markus 10:17-27, tentang seorang yang hendak beroleh hidup kekal. Yesus menyuruhnya menjual seluruh hartanya, tetapi ia tidak mampu melakukan hal itu karena banyak hartanya. Kecintaannya kepada uang melebihi kecintaannya kepada Tuhan. Sekalipun, di awal perjumpaan dengan Tuhan Yesus, ia bersikap begitu antusias, mendapati Tuhan Yesus dengan berlari-lari dan sambil bertelut di hadapan-Nya bertanya, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus menjawab dengan menyampaikan isi Hukum Taurat yang harus ia patuhi. Ia pun menyanggupi semuanya. Namun satu hal yang tidak dapat ia lakukan adalah: menjual hartanya dan membagikan kepada orang miskin; karena apakah? Karena banyak hartanya. Uang seringkali menguasai hidup seseorang dan membutakan mata rohani kita.

Penulis Ibrani memberikan nasihat penting bagi kita, yakni untuk tidak diperhamba oleh uang melainkan belajar untuk mencukupkan diri. Seorang yang diperhamba oleh uang adalah seorang yang selalu memprioritaskan uang di atas segalanya. Ia lupa bahwa uang hanya sebagai alat atau sarana dalam melakukan pelayanan bagi kemuliaan Allah. Uang bukanlah yang utama, Tuhanlah yang utama. Mengapa demikian? Jelas sekali dalam Ibrani 13:5b dikatakan bahwa: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Kalimat ini jelas mengungkapkan bahwa bukan uang yang menjamin kehidupan kita, Allah lah yang menjamin kehidupan kita.

Mari kita belajar bersyukur atas segala hal yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita, karena mencukupkan diri berarti mensyukuri semua pemberian Tuhan. Bukankah seorang yang mensyukuri segala pemberian Tuhan adalah seorang yang paling bahagia! Amin.

STUDI PRIBADI :
(1) Apa sekian lama “si aku” lebih mengutamakan uang daripada Tuhan?
(2) Maukah beriman: Tuhanlah penjamin hidup, Ia sekali-kali tidak meninggalkan kita?

Berdoalah : Allah Bapa di surga, ajarlah kami selalu mencukupkan diri dalam segala keadaan, agar hidup kami sungguh berkenan di hadapan-Mu. Terima kasih Bapa. Amin.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *