Orang Tua Yang Benar

Sabtu, 20 Februari 2021

Bacaan hari ini: Ibrani 12:1-11 | Bacaan setahun: Bilangan 1-2, Lukas 7



“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” (Ibrani 12:11)

Ada sebuah cerita; seorang hukuman mati diberi kesempatan untuk menyampaikan kata-kata terakhirnya sebelum eksekusi dijalankan. Dia berkata, “Mama aku benci kamu. Ketika aku masih kecil dan merebut mainan temanku, kamu membiarkanku. Ketika aku memukul teman sesukaku, kamu membiarkan. Bahkan ketika aku mencuri mainan temanku, kamu tetap membiarkannya. Kalau saja kamu mencegahku. Kalau saja kamu memukulku waktu itu, mungkin aku tidak akan seperti sekarang ini.” Mendengar kisah ini, suatu hal yang ironi bukan? Ada orang tua yang tidak “menghajar” anaknya ketika berbuat salah dan malah mendiamkannya saja sehingga akhirnya anak tersebut beranjak dewasa dan menjadi liar, tidak terkendali.

Itu sebabnya kita harus bersyukur ketika orang tua kita memarahi dan bahkan memukul ketika kita nakal dan berbuat salah. Bukankah kita juga pernah mendengar orang tua kita berkata demikian, “karena kamu anakku makanya aku pukul kamu karena aku sayang sama kamu. Kalau kamu anaknya tetangga, walaupun kamu jungkir balik pun, aku tidak peduli.” Jadi kita harus bersyukur mempunyai orang tua yang demikian, yang mendidik kita dan menghajar kita ketika kita berbuat salah supaya kita dapat menjadi orang yang benar di kemudian hari. Jika orang tua yang benar bisa berbuat demikian, terlebih lagi Allah kita.

Di ayat 6 jelas dikatakan bahwa ketika kita dihajar oleh Allah karena kesalahan kita, maka hendaklah kita bersyukur. Itu artinya Allah mengakui kita sebagai “anak-Nya.” Jikalau kita bukan “anak-Nya” (ay. 8), maka Tuhan akan membiarkan kita sesukanya sampai tiba waktunya hukuman murka Tuhan datang. Dan ketika hukuman murka Tuhan datang maka semuanya itu sudah terlambat. Itulah sebabnya penulis Ibrani memberi gambaran bahwa Allah bagaikan ayah yang mana akan menghajar anaknya jika anaknya salah (ay. 7). Memang tidak enak ketika dihajar oleh Allah tetapi itu semua demi kebaikan kita supaya kita beroleh hidup (ay. 11). Bersyukurlah kalau mengalami hajaran dari Allah.

STUDI PRIBADI : Sadarkah kita akan kesalahan kita ketika Tuhan menghajar? Berdoalah, kiranya Tuhan bermurah hati, mempertobatkan kita untuk kembali ke jalan Tuhan.

Pokok Doa : Naikkanlah ucapan syukur kepada Tuhan yang telah membawa kita kembali ke jalan-Nya. Tuhan ingin kita melakukan kehendak-Nya, yang membawa kita kepada kekekalan. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *