Ajaran Tentang Berdoa

Rabu, 25 Maret 2020

Bacaan hari ini: Lukas 18:1-14 | Bacaan setahun: Ulangan 31-32, Yohanes 16



“Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14)

Berdoa adalah kegiatan yang sangat sering kita lakukan. Setiap hari, dari sekolah minggu kita diajarkan untuk berdoa. Orang tua kita, dari kita kecil sudah mengajarkan kita untuk berdoa. Pola dan ajaran ini dibawa terus sampai kita dewasa. Namun, fakta-fakta tersebut belum tentu membuat kita memiliki doa yang berkenan di hadapan Allah. Dalam Lukas 18:1-14, Yesus mengajarkan cara berdoa melalui 2 macam perumpamaan: (1) Perumpamaan tentang hakim yang tidak benar, dan (2) perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai.

Dalam perumpamaan pertama, Yesus memperingatkan tentang doa yang setengah hati. Perumpamaan tentang seorang janda yang memohon keadilan kepada hakim yang tidak takut akan Tuhan dan tidak menghormati siapapun. Yang janda lalui sampai mendapat permohonannya adalah: tidak didengarkan (ay. 3), jawaban ditunda (ay. 4, 7), berseru siang dan malam (ay. 7). Janda itu gigih berusaha mendapatkan doanya. Ini berbeda dengan Allah; Ia akan segera membenarkan orang-orang yang datang pada-Nya. Namun poin di dalam perumpamaan ini bukan lebih kepada figur kebaikan dan kasih Allah, namun Yesus lebih mempedulikan: akankah mereka (para murid) memiliki kegigihan iman seperti janda dalam perumpaan-Nya? Iman yang terus-menerus dengan gigih datang kepada Allah.

Dalam perumpamaan yang kedua, Yesus memperingatkan akan doa yang terlalu percaya diri. Perumpamaan ini amat penting karena doa pada dasarnya terletak pada hati manusia sendiri, dan Yesus peduli kepada hati. Membandingkan langsung orang farisi—yang merasa sangat saleh karena telah melakukan hal-hal yang lebih dari yang dibutuhkan di Taurat. Dalam menaikkan doanya, penuh dengan parade katalog kekudusan di hadapan Tuhan. Hal ini sangat berbeda dengan pemungut cukai—yang merasa diri tidak layak, sehingga berdiri di kejauhan, memukul dadanya; semuanya itu adalah simbol dari ketidaklayakkan diri di hadapan Tuhan, dan memohon pengampunan dari Tuhan karena dia sadar dirinya adalah pendosa. Pemungut cukai ini benar-benar berdoa.

STUDI PRIBADI : Yesus mengajarkan kita untuk gigih dan penuh kerendahan hati dalam berdoa di hadapan Allah; sudahkah kita memiliki sikap ini?

Pokok Doa : Berdoalah agar kita memiliki hati seperti janda dan pemungut cukai dalam bagian firman hari ini, karena doa demikianlah yang berkenan di hadapan Allah. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *