Selasa, 26 Maret 2019
Bacaan hari ini: Yesaya 8:1-22 | Bacaan setahun: Ulangan 33-34, Yohanes 17
“Dan aku hendak menanti-nantikan TUHAN yang menyembunyikan wajah-Nya terhadap kaum keturunan Yakub; aku hendak mengharapkan Dia.” (Yesaya 8:17)
Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan. Mengharap sesuatu yang belum tentu, namun yang sudah ada dan pasti malah dilepaskan. Itulah yang terjadi pada raja Ahas. Bukannya memilih berharap, percaya, dan menjadi hamba Allah, raja Ahas malah memilih percaya dan bersandar bahkan menjadi hamba Asyur. Padahal pertolongan yang pasti sudah nyata Allah beritahukan melalui nabi Yesaya, dibanding dengan pertolongan yang tidak memberi jaminan dari Asyur.
Penolakan berharap kepada Allah dan hukuman terhadap Ahas dan bangsanya dijelaskan dalam pasal 8. Dalam perikop ini, Allah kembali memberi tanda melalui kelahiran anak Yesaya yang dinamai Maher-Syalal- Bas (hurry spoil, be swift plunder), mengacu pada keadaan Yehuda kelak. Sejak bangsa ini menolak Allah, mereka akan mengalami kehancuran yang cepat di tangan Asyur (ay. 7–8). Bangsa Asyur akan menjadi musuh yang sangat kejam dan merampas semua yang mereka punya. Penolakan Ahas akan mendatangkan kelaparan, kesesakan, kegelapan, dan kesuraman bagi bangsanya (ay. 21–22).
Berbeda dengan raja Ahas, Yesaya yang mendengarkan firman Allah: “Sebab beginilah firman TUHAN kepadaku, ketika tangan-Nya menguasai aku, dan ketika Ia memperingatkan aku, supaya jangan mengikuti tingkah laku bangsa ini: Jangan sebut persepakatan segala apa yang disebut bangsa ini persepakatan, dan apa yang mereka takuti jangan kamu takuti dan janganlah gentar melihatnya. Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar” (ay. 11-13), memilih untuk percaya dan berharap hanya pada Allah (ay. 17). Dia bahkan menyimpan dan memateraikan pengajaran ini di antara murid-muridnya (ay. 16).
Apa yang dipilih oleh raja Ahas dan nabi Yesaya menjadi pelajaran berharga bagi kita saat ini. Pengharapan yang pasti dan satu-satunya hanya bisa kita dapatkan dalam Allah, bukan manusia! Hanya Allah yang sanggup memberikan pertolongan dan jaminan kepastian.
STUDI PRIBADI :
(1) Apakah akibat yang harus ditanggung raja Ahas ketika berharap pada manusia?
(2) Bagaimana kita bisa tetap berharap pada Allah ditengah kondisi yang sulit ?
Pokok Doa : Berdoalah agar jemaat Tuhan selalu berharap pada Allah, bukan manusia dalam seluruh aspek hidupnya. Dalam dunia ini, tidak ada jaminan yang pasti, karena tidak ada yang kekal. Hanya Tuhanlah yang pasti!