Bacaan hari ini: Ayub 10
“Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.” (Ayub 10:1)
Dalam kehidupan ini banyak hal terjadi, ada yang bisa kita mengerti, dan ada yang sama sekali tidak bisa dimengerti, dicari jawabannya juga tidak pernah ada, menjadi sebuah misteri. Apabila menyangkut masalah baik, yang menyenangkan hati, yang membawa kebahagiaan, walau tidak dimengerti tidak masalah, yang penting kita diuntungkan. Tetapi sebaliknya, apabila kita tidak pernah merasa bersalah, sudah hidup baik namun harus menanggung penderitaan, inilah yang sulit dimengerti. Kita bertanya, mengapa harus menjadi seperti ini? Celakanya, kita tidak pernah mendapat jawaban. Seperti itulah kondisi yang Ayub alami. Ayub berkata: “Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku. Aku akan berkata kepada Allah: Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara dengan aku” (Ayub 10:1-2).
Dalam keadaan demikian ini, Ayub bertanya apakah Allah seperti manusia, punya mata dan bisa melihat dari sudut kaca mata kita, sehingga Ia tahu mana yang benar mana yang salah? Apakah Allah punya hati dan perasaan, apa Allah juga menjalani hari demi hari seperti manusia sehingga Ia mengerti kita? Pertanyaan Ayub mungkin juga menjadi pertanyaan yang pernah kita tanyakan. Pada akhir ketidak-mengertiannya, Ayub berkata: “Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku! Maka aku seolah-olah tidak pernah ada; dari kandungan ibu aku langsung dibawa ke kubur” (Ayub 10:18-19). Inilah gambaran keputus-asaan Ayub. Jika tahu akhirnya harus begini, lebih baik aku tidak pernah ada. Bukankah hidup itu singkat? Mengapa tidak biarkan manusia bergembira sejenak, sebelum hidup itu berakhir.
Inilah gambaran penderitaan yang dialami Ayub. Mungkin juga kita mengalami hal yang sama seperti Ayub. Namun apapun kondisi Ayub, di dalam ketidak-mengertiannya dan pertanyaan-pertanyaannya yang tidak ada jawaban, Ayub tetap hidup setia pada kebenaran, tetap bergumul dan berseru henya kepada Allah.
STUDI PRIBADI: Mengapa Ayub putus asa menghadapi penderitaan dan pergumulannya? Apakah yang menjadi alasannya, sehingga Ayub berada dalam kondisi demikian?
DOAKAN BERSAMA: Tuhan berikanlah semangat dan kekuatan bagi jemaat-Mu yang mengalami kesukaran dan penderitaan, agar mereka tidak mudah menyerah dengan semua yang dihadapinya, Amin.